Zulkifli Hasan Terpilih Sebagai Ketua MPR RI Periode 2014-2019

Permalink gambar yang terpasang

Jakarta - Pemilihan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat republik Indonesia Periode 2014-2019 yang digelar semalam sampai pagi ini melalui mekanisme voting akhirnya dimenangkan oleh Paket B yang didukung oleh Koalisi Merah Putih yang terdiri dari Zulkifli Hasan/PAN (Ketua), Mahyudin / Golkar (Wakil Ketua), E. E. Mangindaan/ Demokrat (Wakil Ketua), Hidayat Nur Wahid / PKS (Wakil Ketua) dan Oesman Sapta Odang /DPD (Wakil Ketua) dengan perolehan suara sebanyak 347 suara mengalahkan paket A yang didukung Koalisi Indonesia Hebat yang terdiri dari Oesman Sapta Odang/DPD (Ketua), Ahmad Basarah / PDIP (Wakil Ketua), Imam Nahrawi /PKB (Wakil Ketua), Patrice Rio Capela /NasDem (Wakil Ketua) dan Hazrul Aswar /PPP (Wakil Ketua) dengan perolehan  sebanyak 330 suara.

Proses pemungutan suara tersebut memakan waktu hingga lebih kurang empat jam. Adapun jumlah anggota yang hadir dalam rapat berjumlah 678 orang yang terdiri dari 87 anggota Fraksi Golkar, 73 anggota Fraksi Gerindra, 48 anggota Fraksi PAN, 40 anggota Fraksi PKS, 58 anggota Fraksi Demokrat, 106 anggota Fraksi PDIP, 47 Anggota Fraksi PKB, 36 anggota Fraksi Nasdem, 16 anggota Fraksi Hanura, 38 anggota Franksi PPP, dan 129 anggota DPD.

"Dengan demikian hasil penmungutan suara Ketua MPR periode 2014-2019 dimenangkan oleh paket B," ujar Pimpinan Rapat Maimanah Umar, dalam Rapat Paripurna, Rabu (8/10/2014) pagi. 

Maimanah pun langsung menetapkan paket pimpinan B sebagai pimpinan MPR.

"Dengan mengucapkan Bismillahirahmaninrahim, pimpinan MPR periode 2014-2019 dengan komposisi Zilkifli Hasan Ketua MPR. Wakil Ketua Mahyudin, Wakil Ketua EE Mangindaan, Wakil Ketua Hidayat Nur Wahid,  dan Wakil Ketua Oesman Sapta Odang, kami tetapkan dan sahkan," tegasnya diikuti ketukan palu tanda pengesahan.





Polisi Sebar Foto Habib Novel Penanggung Jawab Demo Tolak Ahok




JAKARTA — Polda Metro Jaya sudah menyebar foto Habib Novel. Petinggi Front Pembela Islam (FPI) itu dicari sebagai tersangka penghasut dalam kerusuhan dalam aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD DKI, Jumat (3/10/2014), untuk menolak pelantikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menjadi gubernur DKI. Novel juga sudah dimasukkan dalam daftar buron.


Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto mengatakan bahwa Novel merupakan salah satu dari 21 tersangka dalam aksi perusakan dan kericuhan tersebut.



"Habib NV sudah kami masukkan dalam DPO (daftar pencarian orang), dan sudah kami sebar ke jajaran Polda, Polres, Polsek, hingga Polsubsek," kata Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Selasa (7/10/2014).



Ia memastikan, penyidik akan terus mendalami kasus kericuhan ini. Polisi tidak akan berhenti pada aspek siapa yang berbuat apa, tetapi akan terus mengembangkan mengenai siapa yang menjadi otak penyerangan.



"(Pengembangan penyidikan) termasuk proses persiapan batu, kotoran sapi, kayu bambu, dan senjata tajam. Secara parsial belum bisa kami sampaikan, tetapi ada runutan awal daribroadcast message sampai anarkistis," ujarnya. Seharusnya, kata dia, Novel berjiwa besar dan mau menyerahkan diri. /kompas.com

Dianggap Tidak Kompak dan Kecil, Alasan PPP Tidak Mendapat Jatah Pimpinan DPR/MPR

Setya Novanto Terpilih Jadi Ketua DPR 2014-2019



Jakarta Partai Gerindra mengungkapkan, kursi pimpinan DPR/MPR sulit jatuh ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sebab internal partai berlambang Kabah itu tidak kompak dalam mengajukan nama pimpinan MPR. Hal itu diungkapkan Ketua DPP Gerindra Desmond Junaidi Mahesa. 

"Mereka tidak kompak jadi bukan tidak diberikan. Selain itu suara PPP itu kecil, Gerindra saja yang suaranya 2 kali elas-elas saja," ujar Desmon di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (7/10/2014).

Kendati demikian, Desmon mengatakan hal tersebut belum final dan menunggu hasil yang akan dibicarakan dalam paripurna. "Semua itu masih belum final. Kita tunggu saja nanti," jelas dia.

Selain itu, kata Desmond, partainya tetap konsisten menyepakati terjadinya voting. "Sangat ambigu kalo bilang secara musyawarah mufakat. Lihat saja kemarin pemilihan ketua DPD juga voting," pungkas Desmond.

Pemilihan ketua MPR berlangsung hari ini. Disebut partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih sudah menyiapkan paket nama pimpinan mereka. Tapi dari paket nama yang beredar nama PPP tidak tercantum. /liputan6.com



Empat Terduga Teroris Ditangkap di Palu Sulawesi Tengah

JAKARTA - Densus 88 Antiteror Polri bekerja sama dengan Polda Sulawesi Tengah menangkap empat orang terduga teroris, Minggu (5/10/2014).
"Empat orang yang ditangkap diduga terkait dengan jaringan teroris kelompok Santoso di dua tempat berbeda," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Kombes Pol Agus Rianto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2014).
Penangkapan pertana dilakukan di Jalan Beringin, Palu Barat, Sulawesi Tengah sekitar pukul 22.00 WITA. Di tempat tersebut dilakukan penangkapan terhadap Sarwo alias Akbar (29) dan Farid (34).
"Sesuai dengan data yang dimiliki keduanya terkait dengan jaringan Santoso terkait MIT (Mujahid Indonesia Timur). Dia juga terlibat dalam kegiatan fai dan pendanaan dalam jaringan Santoso," ungkapnya.
Selanjutnya penangkapan dilakukan pada pukul 22.30 WITA di Desa Silae, Kecamatan Palu Barat, Sulawesi Tengah terhadap Padri dan Ansar. Padri berstatus sebagai mahasiswa, sementara Anshar seorang montir.
"Kalau Ansar ini keterlibatannya sesuai dengan data yang dimiliki menampung Farid dan Sarwo selama satu minggu disekitar jalan Kelor Palu Barat," ungkapnya.
Sementara Padri, ditangkap dikarenakan pada saat penangkapan sedang berboncengan dengan Sarwo dan Farid.
"Sampai saat ini keempat orang tersebut masih terus dilakukan pengembangan. Kepolisian masih mendalami keterlibatan jaringan yang sudah dimiliki datanya," ujarnya. /tribunnews.com

Gaji PNS Akan naik Diatas 6 Persen Dengan Catatan Kinerja


JAKARTA - Kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sebesar 6 persen bisa jadi lebih tinggi setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meneken Peraturan Pemerintah (PP) turunan dari Undang-undang Aparatur Sipil Negara (ASN).
Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) Eko Prasodjo menjelaskan, dalam beleid ASN sudah diatur kenaikan gaji PNS dihitung berdasarkan kinerja.
"Kenaikan income seperti sekarang naik 5 persen atau 6 persen tahun depan, enggak berlaku lagi. Tapi, diberikan berdasarkan pencapaian kinerja seseorang," kata Eko, ditemui usai Investment Award 2014, di Jakarta, Selasa (7/10/2014).
Eko bilang, akan ada lima kelompok kategori penilaian kinerja PNS, yakni outstanding, successfull, excellent sampai poor. Penilaian kinerja ini akan menentukan besar kecilnya pendapatan yang akan dibawa pulang.
"Misalnya yang kelompok successfull, kenaikan gajinya bisa tiga kali dari gaji pokok. Excellent 4 kali kenaikannya, dan outstanding sampai 8 kali kenaikan," imbuh Eko.
Saat ini, Kemenpan RB tengah melakukan finalisasi terhasap PP turunan dari UU ASN. Diharapkan, PP tersebut bisa ditandatangani sebelum pergantian pemerintahan. "Nanti Pak SBY yang tandatangan PP, karena itu janji kita dengan DPR untuk selesaikan Rancangan PP," tandas Eko. /tribunnews.com

Jokowi, Slank & Oppie Nyanyi “Salam Tiga Jari” di Boyolali


Personel Slank dan Bupati Boyolali Seno Samodro dalam acara jumpa pers di Pendapa Kompleks Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali, Jumat (3/10/2014) malam. Slank bakal menggelar konser di Stadion Pandan Arang Boyolali, Sabtu (4/10/2014) malam. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Kompleks perkantoran Pemkab Boyolali bakal diresmikan Sabtu (4/10/2014). Serangkaian acara disiapkan Pemkab Boyolali. Salah satunya konser grup musik Slank dan kehadiran capres terpilih dalam Pilpres 2014, Joko Widodo (Jokowi).
Informasi yang dihimpun Solopos.com, gruk musik Slank akan mendapat di Bandara Adi Soemarmo Solo, Jumat (3/10/2014) besok selepas Salat Jumat. Mereka akan menginap di Hotel Horison Gambir Anom Solo. 
Sekitar pukul 19.00 WIB, mereka menggelar jumpa pers di pendapa kantor Pamkab Boyolali.
Konser Slank baru digelar pada keesokan harinya, Sabtu (4/10/2014) pukul 14.00 WIB-16.00 WIB, di Stadion Pandanarang, Boyolalli. Konser digelar gratis dengan band pembuka Elpamas. Konser juga akan dihadiri Jokowi beserta istri dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.
Informasi dari Slankers Club Solo, mereka tidak mengadakan konvoi sebelum konser berlangsung. Masyarakat yang akan menyaksikan konser juga dilarang membawa miras dan senjatara tajam.
Peresmian Kantor Pemkab
Peresmian kompleks kantor Pemkab Boyolali dilangsungkan pada Sabtu (4/10/2015) pukul 14.00 WIB. Rencananya, Jokowi beserta rombongan menuju kompleks Pemkab Boyolali yang berada di Kemiri, Mojosongo Boyolali sekitar pukul 13.30 WIB.
Selain Jokowi hadir dalam peresmian itu antara lain Gubernur Jateng, Ganjar Prabowo, Bupati Boyolali Seno Samodro, Bupati se-Soloraya, Wali kota Solo, ketua DPRD se-Soloraya yang berasal dari PDIP.
Rangkaian acara tersebut antara lain berupa penanaman pohon, pelepasan selubung patung Bung Karno, pelepasan burung merpati.
Rombongan kemudian menuju Stadion Pandanarang untuk menyaksikan konser Salam 3 Jari sekitar pukul 15.30 WIB.
Selepas menyaksikan konser, Jokowi akan kembali ke Balaikota Solo untuk mengikuti peluncuran buku.

Lagu baru ciptaan Oppie Andaresta dan Bimbim Slank berjudul Salam Tiga Jari diluncurkan pertama dalam Konser Kerukunan Salam Tiga Jari di Stadion Pandanarang, Boyolali, Sabtu 4 Oktober. Oppie, Slank dan presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi bernyanyi bersama dalam kesempatan ini.

Nonton saja serunya disini:
http://www.solopos.tv/2014/10/jokowi-slank-oppie-nyanyi-salam-tiga-jari-di-boyolali-8295



/solopos.com

Koalisi Merah Putih Ingin Kudeta Jokowi?

KMP Dicurigai Ingin Kuasai MPR untuk Gulingkan Jokowi
JAKARTA -  Koalisi Merah Putih (KMP) dicurigai tengah menyiapkan "kudeta merangkak" atau untuk menggulingkan secara konstitusional kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Aria Bima menuturkan, kecurigaan tersebut bukan tanpa alasan. Ia menilai, KMP ingin menguasai "kursi" pemimpin DPR dan MPR beserta alat kelengkapannya guna memuluskan rencananya tersebut.
"Apakah ini dibuat satu paket untuk mengembalikan pemilihan presiden ke MPR? Dikembalikan pada proses MPR dan Jokowi tidak sampai selesai? Itu akan jadi sangat politis," kata Aria Bima di DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (3/10/2014).
Aria menjelaskan, jika parlemen dikuasai oleh KMP, penggulingan Jokowi sangat mungkin untuk dilakukan. Salah satunya adalah, dengan kembali mengamandemen Undang-Undang Dasar 1945 dan merevisi berbagai peraturan mengenai pemilihan dan pemberhentian presiden.
"Ini kan sudah pola permainan akal-akalan," ujarnya.
Untuk mengantisipasi hal ini, kata Aria, PDIP akan menjalin komunikasi lebih lanjut dengan beberapa partai yang tergabung dalam KMP. Dia berharap titik temu bisa dicapai tanpa harus ada transaksi dan bagi-bagi kursi.
"Mau menang, mau kalah, yang jelas hal-hal prinsip yang kita lakukan. Kalau sekadar tambal sulam, bagi-bagi jabatan, enggak," ujar dia.
KMP sebelumnya berhasil mendapatkan empat kursi pimpinan DPR, yakni Setya Novanto (Golkar) sebagai Ketua DPR dan tiga Wakil Ketua DPR, yakni Fahri Hamzah (PKS), Taufik Kurniawan (PAN), dan Fadli Zon (Gerindra).
Fraksi Partai Demokrat mendapat satu kursi wakil ketua (Agus Hermanto) setelah mendukung paket pimpinan DPR yang diajukan KMP. /tribunnews.com


Koalisi Prabowo Usulkan Pilpres oleh MPR Lagi

Jakarta - Setelah menghapus pemilihan langsung oleh rakyat, Koalisi Merah Putih menggulirkan wacana mengembalikan pemilihan presiden ke Majelis Permusyawaratan Rakyat. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Herman Kadir beralasan pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat memecah belah masyarakat.“Kalau pilpres langsung menimbulkan konflik, saya pikir harus dicabut,” ujar Herman saat dihubungi, Minggu, 28 September 2014. Herman pernah mengatakan pemilihan langsung merupakan produk Barat. Menurut dia, demokrasi di Indonesia diwakilkan kepada parlemen. ”Kalau perlu, presiden dipilih kembali lewat MPR,” ujar anggota Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat itu pada 12 September lalu.Di DPR, dia juga pernah mengusulkan amendemen Undang-Undang Dasar 1945 soal pemilihan presiden agar kembali lewat MPR. “Saya salah satu yang paling keras mengusulkan, tapi tidak disepakati,” katanya. Waktu itu, kata Herman, anggota DPR yang lain menolak karena usulan tersebut bisa menjadiblunder. “Nanti kita ribet,” ujar Herman, menirukan koleganya.Anggota Fraksi Partai Demokrat, Hayono Isman, menilai peluang presiden kembali dipilih oleh MPR terbuka lebar. “Kalau Koalisi Merah Putih bisa menguasai DPRD dan kepala daerah, menguasai MPR pun bisa. Maka, melakukan amendemen mudah sekali,” kata Hayono, Sabtu lalu. Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, mengatakan analisis Hayono masuk akal. Ditambah Demokrat, koalisi partai pengusung Prabowo sekurang-kurangnya memiliki 352 suara di MPR—lebih dari separuh kursi dengan total 592. “Bukan mustahil pemilu presiden nanti mekanismenya diubah, karena Prabowo tahu persis, pemilihan umum langsung oleh rakyat, dia sulit terpilih,” kata Ikrar. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakri memastikan Koalisi Merah Putih—yang terdiri atas Golkar, Gerindra, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera—dibentuk bukan sekadar untuk mengusung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam pemilihan presiden lalu. Salah satunya, kata Aburizal, Koalisi ingin menjadi penyeimbang pemerintahan. /tempo.co
x

Malaysia Pangkas Subsidi BBM

Malaysia - Kementerian Perdagangan Dalam Negeri, Koperasi dan Kepenggunaan Malaysia mengumumkan subsidi bensin RON95 dan diesel diturunkan masing-masing sebanyak 20 sen per liter menyusul langkah rasionalisasi subsidi harga BBM yang mulai berlaku pada pukul 00.01, Kamis (2/10).
Dengan pengurangan subsidi tersebut, harga eceran baru untuk bensin RON95 naik dari 2,10 ringgit (Rp7.800) per liter menjadi 2,30 ringgit (Rp8.500) per liter. Sementara harga diesel naik dari 1,90 ringgit (Rp7.000) menjadi 2,20 ringgit (Rp8.200) per liter, demikian dilaporkan berbagai media lokal di Kuala Lumpur, Kamis.
Harga pasaran sebelum subsidi untuk bensin RON95 dan diesel masing-masing adalah 2,58 ringgit (Rp9.600) dan 2,52 ringgit (Rp9.400) per liter.
Perbandingan harga bensin RON95 di antara negara-negara ASEAN paling tinggi tercatat di Singapura, disusul oleh Thailand, Kamboja, Laos, Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia dan paling murah di Brunei./rimanews.com

Presiden SBY Tandatangani Dua Perppu Yang Terkait Pilkada dan Pemda

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menandatangani dua Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perppu) yang dimaksudkan untuk menggugurkan UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). 
Pertama, Perppu No 1 tahun 2014 tentang Pemilihan, Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Perppu tersebut sekaligus mencabut UU No 22 tahun 2014 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota yang mengatur pemilihan kepada daerah secara tidak langsung melalui DPRD. Dan yang kedua, yakni Perppu No 2 tahun 2014. 
"Sebagai konsekuensi penetapan Perppu Pilkada, untuk menghilangkan ketidakpastian hukum, saya terbitkan Perppu No 2 tahun 2014 perubahan tentang pemerintahan daerah. Isinya adalah menghapus wewenang DPRD untuk memilih kepala daerah," kata Presiden SBY dalam jumpa pers di Istana Negara, Kamis malam, 2 Oktober 2014. 
Kedua Perppu tersebut, menurut SBY, merupakan wujud nyata dia kepada rakyat Indonesia untuk mempertahankan agar rakyat dapat memilih kepala daerahnya masing-masing secara langsung. Ia pun mengatakan, dalam banyak kesempatan, dia mendukung penuh Pilkada langsung dengan perbaikan-perbaikan yang mendasar. 
 "Meskipun saya mengambil proses RUU Pilkada, DPR RI yang putuskan mekanisme DPRD. Izinkan saya untuk tetap ikhtiar guna menegakkan demokrasi dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat," ucapnya.

Jokowi Tak Perlu Izin DPR untuk Naikkan Harga BBM


Chatib Basri


Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan pemerintahan baru yang akan dipimpin oleh presiden terpilih Joko Widodo bisa menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi secara leluasa. "Tidak perlu persetujuan dari DPR lagi," ujar Chatib di Jakarta, Senin, 29 September 2014. 
Chatib menjelaskan tak diperlukannya persetujuan DPR ini disebabkan pemerintah dan anggota Dewan telah sepakat untuk mempertahankan Pasal 13 Undang-Undang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang mengatur soal penyesuaian harga subsidi energi.
Sedangkan untuk volume bensin subsidi ditetapkan tidak jauh berbeda dengan tahun ini, yaitu sebanyak 46 juta kiloliter. Bedanya tahun ini volume tersebut tidak dikunci. "Volume bisa ditambah pemerintah," kata Chatib. 
Hanya saja, untuk menambah atau merevisi kuota, pemerintah masih perlu persetujuan para wakil rakyat, yakni Komisi VII DPR RI. Chatib memaparkan alasan dicabutnya pasal pengunci kuota BBM di tahun depan lebih karena pemerintah tidak mau kejadian tahun ini terulang, yakni langkanya BBM di sejumlah daerah yang berujung keributan. 
Pemerintah menetapkan subsidi energi di 2015 sebesar Rp 344,7 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang rancangan anggaran yang diajukan sebelumnya, yaitu sebesar Rp 363,5 triliun. Dari alokasi sebesar Rp 344,7 triliun tersebut, sebanyak Rp 276 triliun disediakan khusus untuk BBM, BBN, LPG tabung gas 3 kilogram, dan LGV. Sisanya adalah untuk listrik sebanyak Rp 68,7 triliun. /tempo.co

Penjelasan Presiden SBY Terkait Polemik RUU Pilkada

Dua Jurus Penangkal UU Pilkada Versi Jimly Asshiddiqie
Setelah di bully di media sosial dan beberapa aksi penolakan UU Pilkada, publik menilai walk out Fraksi Pertai Demokrat pada saat Sidang Paripurna Pengesahan RUU Pilkada pada 26 September 2014 lalu merupakan kesalahan SBY bersama Partai Demokrat. Seandainya FPD tetap bertahan dan memilih opsi Pilkada langsung maka dipastikan Pilkada tetap langsung. Terkait hal tersebut, berikut penjelasan dari SBY seperti ditulis dalam akun fan fage FB:

Kemarin, saya lakukan konsolidasi internal PD dan pimpin Rapat Terbatas Kabinet untuk dapatkan solusi polemik UU Pilkada. *SBY*
Saya tangkap dan pahami kemarahan publik dan media dalam 5 hari ini. Izinkan saya 5 menit saja untuk menjawab.
Tahun 2011, Pemerintah identifikasi banyak ekses dari pilkada langsung, Kemendagri susun RUU Pilkada perubahan.
Desember 2011, saya tandatangani Amanat Presiden, tugaskan Mendagri & Menkum HAM utk bahas RUU tersebut bersama DPR RI.
Tahun 2012, ada silang pendapat antara yang setuju pilkada langsung & tidak. Tahun 2013, rata2 setuju pilkada langsung, di tingkat I & II.
Usai Pilpres 2014, peta berubah. KMP pilih pilkada DPRD, Koalisi PDIP pilih langsung. Posisi PD: pilkada langsung dengan 10 perbaikan.
Sekarang, siapa yang menginginkan Pilkada oleh DPRD? Jelas bukan SBY. Saya yakin sebagian besar rakyat pun tidak menginginkannya.
Tapi tanpa koreksi, Pilkada Langsung akan tetap membawa ekses & penyimpangan. Ini sebabnya PD bersikeras untuk memajukan 10 perbaikan.
SBY & PD berjuang habis untuk Pilkada Langsung dengan Perbaikan, tetapi opsi ini ditolak oleh kedua kubu di DPR.
Setelah opsi PD ditolak berkali-kali, belakangan seolah ada yang setuju. Tetapi ketika PD minta opsi ini untuk divoting, ditolak juga.
Saat kritis jelang voting, saya minta Menko Polhukam hubungi @pramonoanung pimpinan sidang dr PDIP, agar PDIP & PD gabung dalam 1 opsi.
Meski punya suara terbesar, PD mengalah untuk gabungkan opsi dengan PDIP demi kepentingan rakyat. Tapi katanya voting sudah dimulai.
Proses politik di DPR yang panas & cepat itu tidak sepenuhnya saya 
ketahui, karena faktor teknis. Saya dalam perjalanan dari New York ke DC.

Insya Allah, sampai kapan pun saya akan jaga amanah untuk berpolitik yang baik, tanpa agenda tersembunyi & niat buruk, apalagi menipu.
Demokrat tidak diuntungkan dengan pilkada DPRD. Suara Demokrat hanya 10%.
Partai mana yg usulkan? Siapa yang diuntungkan dengan pilkada DPRD? Ya tentu partai-partai besar.
Kalau mereka berniat membuat Pilkada oleh DPRD itu untuk bagi-bagi kursi Gubernur, Bupati & Walikota, rakyat kita dikemanakan?
Posisi saya sangat jelas: Saya tidak pilih Pilkada oleh DPRD, karena kemungkinan politik uang akan jauh lebih besar.
Calon Kepala Daerah yang akan dipilih DPRD, ditetapkan para elite partai. Calon-calon ini belum tentu sesuai kehendak rakyat.
Pilihan di DPRD bisa transaksional. Calon Gubernur, Bupati & Walikota lebih ditentukan oleh para Ketua Umum Partai.
Saya juga tidak setuju jika Pilkada Langsung yang kita jalankan selama ini tidak ada perbaikan yang mendasar. Terbukti banyak penyimpangannya.
Ada 10 Perbaikan Besar yang saya & PD usulkan, agar Pilkada Langsung kita makin berkualitas dan terbebas dari ekses buruk.
Dengan uji publik, dapat dicegah Calon dengan integritas buruk & kemampuan rendah, tapi maju karena hubungan keluarga semata dengan "incumbent".
(2) Penghematan atau pemotongan anggaran Pilkada secara signifikan, karena dirasakan terlalu besar.
(3) Mengatur kampanye dan pembatasan kampanye terbuka, agar hemat biaya dan mencegah benturan antar massa.
(4) Akuntabilitas penggunaan dana kampanye, termasuk dana sosial yang sering disalahgunakan. Tujuannya untuk mencegah korupsi.
(5) Melarang politik uang, termasuk serangan fajar & bayar parpol yang mengusung. Banyak yang korupsi untuk tutup biaya pengeluaran seperti ini.
(6) Melarang fitnah & kampanye hitam, karena bisa menyesatkan publik, sehingga perlu diberikan sanksi hukum.
(7) Melarang pelibatan aparat birokrasi. Banyak Calon yg menggunakan aparat birokrasi, sehingga sangat merusak netralitas mereka.
(8) Melarang pencopotan aparat birokrasi pasca Pilkada, karena yang terpilih merasa tidak didukung oleh aparat birokrasi itu.
(9) Menyelesaikan sengketa hasil Pilkada yang akuntabel, pasti & tidak berlarut-larut. Perlu pengawasan sendiri agar tidak terjadi korupsi.
(10) Mencegah kekerasan & menuntut tanggung jawab Calon atas kepatuhan hukum pendukungnya. Banyak kasus perusakan karena tidak puas.
10 Perbaikan Besar itulah yang harus masuk dalam UU Pilkada yang baru. Yang melanggar mesti diberikan sanksi hukum yang tegas.
Realitasnya, DPR telah tetapkan Pilkada oleh DPRD. Karenanya, saya tengah berupaya agar sistem Pilkada ini tidak diberlakukan.
Saya tengah berkonsultasi dengan Tim ahli hukum tata negara tentang jalan konstitusional apa yang harus saya tempuh.
Salah satu opsi yang dapat ditempuh adalah dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.
Saya akan terus berjuang, sekarang & kapanpun, karena Pilkada oleh DPRD saya nilai lebih buruk dari Pilkada Langsung dengan Perbaikan.
Mari kita berdoa agar proses ini berjalan lancar demi terwujudnya demokrasi yang kita cita-citakan.



Erwin Usman Ungkap Perjalanan Para Mafia Migas

Sosok Ini Tahu Tiga Aktor Intelektual Mafia Migas
Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies (IMES), Erwin Usman, mengatakan mafia migas di Indonesia sudah ada sejak era Orde Baru atau pemerintahan Presiden Soeharto. Target utamanya yakni PT Pertamina (Persero) dan seluruh anak usahanya.
Menurutnya, dari hasil kejahatan ini, mafia migas berusaha memperkaya diri dan menguatkan kelompoknya.
"Para mafia ini yang salah satunya membuat Soeharto jaya sampai 32 tahun. Mereka mulai pestapora sejak booming minyak pada 1980 hingga 1990-an. Ketika itu Indonesia mampu memproduksi minyak 1,6 juta barel per hari," kata Erwin dalam diskusi di galeri cafe, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (21/9/2014).
Lebih jauh, menurut Erwin, dalam perjalanannya,  keberadaan mafia migas semakin menggurita. Terlebih pascadisahkannya Undang-undang (UU) Nomor 22 tahun 2001 tentang Migas.
"Mafia migas sempat vakum di era Gus Dur, namun kerja sindikasi ini makin menohok paska sukses melucuti tata kelola dan tata niaga migas melalui UU Migas 2001," kata Tim Pokja Energi Rumah Transisi Presiden Joko Widodo dan wakilnya Jufus Kalla tersebut.
Erwin menambahkan, modus mafia migas, biasanya dengan melakukan intervensi terhadap UU. Mereka akan menguasai atau merusak sistem dan tata kelola dan tata niaga migas.  Mulai dari mempreteli perangkat aturan, sistem, lalu mengkader mafia dan pengikutnya, guna menguasai seluruh jaringan tata kelola dan tata niaga dalam sistem negara.
Orang-orang di balik mafia migas, terang Erwin, adalah kombinasi dari kekuatan  birokrat, politisi dan pebisnis.
Mereka bergerak dan menciptakan kaderisasi apik dari hulu sampai hilir yang teramat rakus. Bahkan, tak segan menghabisi siapapun yang mencoba membongkar jaringan kartelnya itu.
"Jadi seperti Kuntoro Mangkusubroto, Purnomo Yusgiantoro, Ari Soemarno, Muhammad Reza Chalid, R. Priyono hingga Karen Agustiawan adalah sederet nama yang tidak boleh dilepaskan dari perhatian kita soal amburadulnya tata kelola migas Indonesia di level hilir," kecamnya.
Dari hitungannya, Erwin melanjutkan, kerugian negara dari para mafia migas ini mencapai 4,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 37 triliun per tahun.

Proyek Rehab Ruangan VIP 2 BRSUD Luwuk Amburadul



Luwuk. Proyek rehabilitasi ruangan VIP 2 Badan Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk dikerjakan tanpa mempedomani RAB yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Banggai. Hal itu terungkap dalam pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh tim pemeriksa dari Inspektorat Kab. Banggai pada Selasa 23 September 2014.

Tembok pembatas antar teras kamar yang seharusnya memakai slope namun kenyataannya setelah diperiksa dengan cara menggali lantai oleh tim ternyata tidak dilakukan, demikian juga papan proyek tidak tampak disekitar lokasi proyek.

Para tukang bangunan yang sedang mengerjakan proyek tersebut tampak kebingungan menjelaskan pekerjaan tersebut, namun tim pemeriksa tetap berkeras untuk harus dikerjakan sesuai RAB yang ada. Tim pemeriksa juga berpesan agar selokan yang ada harus dibuat menjadi selokan tertutup. /MN

Joshua Wong Aktivis Paling Ditakuti Pemerintah Tiongkok

CNN
Joshua Wong Pria Paling Ditakuti Pemerintah Tiongkok
Joshua Wong (17), merupakan aktivis pro-demokrasi Hong Kong yang paling ditakuti oleh pemerintah Tiongkok. 

TRIBUNNEWS.COM, HONGKONG - Jangan tertipu dengan tampilan fisiknya. Meski badannya terbilang kurus, dan memiliki wajah seperti kutu buku, Joshua Wong (17), merupakan aktivis pro-demokrasi Hongkong yang paling ditakuti oleh pemerintah Tiongkok.Selama dua tahun terakhir, pelajar ini telah membangun gerakan pemuda pro-demokrasi di Hong Kong dengan mengkampanyekan peristiwa berdarah di lapangan Tiananmen, Tiongkok, 25 tahun lalu dengan tujuan menyulut gelombang pembangkangan sipil di kalangan mahasiswa Hongkong.Dengan demikian ia berharap pemerintah Tiongkok mendapatkan tekanan sehingga memberikan Hongkong hak pilih universal.Dikutip dari CNN, Rabu (24/9/2014), gerakan Wong dibangun di tahun-tahun penuh frustrasi bagi masyarakat Hongkong. Ketika negara bekas koloni Inggris itu dikembalikan ke pemerintahan Tiongkok di tahun 1997, kedua negara sepakat akan memberikan Hongkong 'otonomi tingkat tinggi' termasuk memilih pemimpin mereka secara demokratis.Namun hingga 17 tahun kemudian, janji itu tak juga dipenuhi. Proposal terbaru yang diajukan oleh Pemerintah Tiongkok adalah bahwa pihaknya akan mengakui pemimpin terpilih Hongkong jika telah mengantongi restu mereka.Wong memerangi proposal pemerintah Tiongkok itu, dan tak sabar untuk memenangkannya."Saya tidak berpikir pertempuran kami akan menjadi sangat panjang, jika anda memiliki mentalitas bahwa perjuangan untuk sebuah demokrasi adalah panjang, berlarut-larut dan harus melalui langkah-langkah bertahap. Maka anda tidak akan pernah mendapatkannya," ujarnya."Anda harus melihat setiap pertempuran adalah pertempuran terakhir, dan anda harus memiliki tekat kuat untuk melawan," serunya.Jejak pemberontakan Wong terhadap pemerintah Tiongkok dapat dilacak sejak ia berusia 15 tahun. Kala itu Wong muda, menyatakan menolak materi patriotik, pro-Komunis "Nasional dan Pendidikan Moral" ke sekolah-sekolah umum di Hongkong.Dengan bantuan dari beberapa teman, Wong membentuk kelompok aktivis mahasiswa yang disebut scholarism. Gerakan ini membengkak melampaui mimpi-mimpinya yang paling liar: Pada bulan September 2012, scholarism berhasil mengumpulkan 120.000 demonstran--termasuk 13 relawan aksi mogok makan untuk menduduki markas pemerintah Hongkong, memaksa para pemimpin menarik kurikulum yang diusulkan.Saat itulah Wong menyadari bahwa pemuda Hongkong memegang kekuasaan yang signifikan. "Lima tahun yang lalu, saat itu tak terbayangkan bahwa siswa Hongkong akan peduli tentang politik sama sekali," katanya. "Tapi ada kebangkitan ketika isu pendidikan nasional terjadi. Kita semua mulai peduli tentang politik."Ia pun membeberkan, Hong Kong dibawah kependudukan Tiongkok, tidak memiliki kebebasan sama sekali. Ia mencontohkan bagaimana surat kabar di Hongkong, lebih banyak memuat artikel yang memuat kepentingan Pemerintah Tiongkok.Itu sebabnya Wong menetapkan sasaran agar Hongkong dapat memiliki hak pilih universal. Gerakannya kini memiliki anggota sebanyak 300 orang siswa.Pada bulan Juni, scholarism menyusun rencana untuk mereformasi sistem pemilu Hongkong, dimana memenangkan dukungan dari hampir sepertiga dari pemilih. Dukungan itu didapatkannya berdasarkan referendum tak resmi yang digagas pihaknya.Minggu ini Wong memimpin kelompoknya menggelar aksi meninggalkan ruang kelas, untuk mengirim pesan pro-demokrasi ke Beijing.Aksi mereka mendapatkan dukungan luas, administrator perguruan tinggi telah berjanji memberikan keringanan hukuman pada siswa yang membolos, dan serikat guru terbesar di Hongkongmengedarkan petisi yang menyatakan "jangan biarkan mereka berdiri seorang diri', dimana merujuk kepada kelompok Wong.Reaksi Pemerintah Tiongkok dapat ditebak, mereka mencap scholarism sebagai kelompok "ekstrimis". Wong juga mendapatkan popularitasnya di antara para pejabat keamanan Pemerintah Tiongkok, dimana ia dianggap sebagai ancaman internal stabilitas pemerintahan Partai Komunis.Namun Wong menyatakan tidak akan mundur. "Masyarakat tidak perlu takut dengan pemerintah mereka, tetapi pemerintah harus takut kepada rakyat mereka," katanya. (cnn) /tribunnews.com, Samuel Febriyanto

Ekstra Parlemen Melawan Koalisi Neo Orba

istimewa

Jakarta - Sejak sidang paripurna DPR RI tanggal 25 September 2014 lalu yang mengesahkan UU Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), sebagian besar aktivis, akademisi dan masyarakat umumnya merasa khawatir mengenai masa depan demokrasi lokal di Indonesia. 

Situasi ini kian mencemaskan, karena mengancam kelangsungan demokrasi dan sistem politik Indonesia pada umumnya. UU Pilkada itu jelas secara substansi menggeser arah politik, dari corak popular demokrasi ke pola perwakilan elitis untuk urusan pemilihan kepala daerah. Hak konstitusional warga negara untuk secara langsung memilih pemimpinnya yakni Bupati, Wali Kota dan Gubernur dirampas, diambilalih ke tangan segelintir anggota DPRD yang berlindung dibalik elitis prosedural. 

Kenyataan ini sungguh ironis. Di saat lembawa perwakilan politik seperti DPR dan DPRD yang jelas-jelas mengalami krisis kepercayaan (distrust) oleh publik yang ditandai oleh 'sinisme masyarakat”'serta cemoohan yang kerap muncul di media sosial, justru melalui UU Pilkada itu kewenangan mereka ditambah dalam porsi besar, merekalah yang berhak secara formal menentukan pemimpin. 

Pencaplokan kewenangan kuasa rakyat oleh parlemen merupakan kemunduran demokrasi, yang tidak lain mencerminkan corak politik bergaya orde baru. 

Neo orbaisme

Sebagaimana kita tahu, sepanjang pemerintah orde baru, model politik korporatik otoriter menempatkan DPRD sebagai lembaga yang berperan menentukan kepala daerah. Suara rakyat dipangkas masuk dalam perangkap DPRD, pemilihan kepala daerah pada saat itu hanya menjadi arena transaksional, tertutup. Pada saat itu Golkar sebagai partai orba mengatur keputusan apapun, dengan cara liciknya, lalu diikuti kekuatan penggembira yakni anggota parlemen dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). 

Kepala daerah terpilih saat itu hanya mengabdi pada kepentingan para anggota parlemen, dimana risikonya mereka secara berjamaah mengkorup uang APBD sebagai konsekuensi transaksi itu. Tidak ada kepala daerah yang baik dan berhasil, karena lahir dari proses yang tertutup dan penuh rekayasa sehingga menyuburkan praktik korupsi kolusi dan nepotisme (KKN).



Peristiwa semacam itu cerita buruk masa lalu yang kemudian dikoreksi melalui gerakan reformasi 1998. Melalui reformasi dijadikan titik tolak bagi kelangsungan demokratisasi, diantaranya dalam hal pemilihan kepala daerah. Maka dari itu, sejak terbit UU no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemilukada menggunakan sistem pemilihan oleh rakyat secara langsung tanpa diwakilkan oleh DPRD. 

Sepanjang 10 tahun berlangsung dinamis, hingga sampai tahun 2014 kita tahu capaian positif luar biasa dipetik. Selain meningkat partisipasi warga, kontestasi politik kian dinamis, muncul calon independen, harapan perbaikan kian menjulang sebagai penanda demokrasi lokal bekerja. Lebih penting dicatat adalah lahirnya banyak kepala daerah yang berprestasi, mereka berhasil mendorong perubahan secara nyata. Demokratisasi lokal semacam itu telah menstimulasi inovasi, kreasi dan gebrakan baru perubahan yang dikerjakan oleh pemerintahan daerah di bidang pelayanan publik, pemenuhan hak dasar, serta reformasi pemerintahan yang dapat dikatakan sebagai kisah positif, yang tidak bisa dipungkiri. 

Jikalau sekarang ini sebagian besar anggota DPR menginginkan Pilkada dipilih oleh DPRD sebagaimana dikerjakan orde baru itu, berarti telah mengingkari capaian objektif hasil dari reformasi dalam pilkada langsung. 

Sejumlah alasan soal konflik dan kekerasan serta biaya politik yang mahal selalu disampaikan sebagai cara untuk meloloskan hasrat kaum oligarkhi itu. Padahal alasan konflik dan kekerasan yang selama ini ditudingkan, kesemua itu justru bersumber dari kelakuan politisi parpol yang 'tidak matang dan dewasa' dalam meraih kekuasaan. 

Politisi cenderung berupaya merekayasa untuk memenangkan pertarungan pada peristiwa pemilukada, sekalipun dengan cara culas. Karenanya, perbedaan afiliasi seringkali dimanipulasi oleh elit parpol dan tim sukses untuk membodohi rakyatnya. Dengan demikian, konflik dan kekerasan pada dasarnya bersumber justru dari ulah politisi parpol dan parlemen, bukan dari rakyatnya. Rakyat toh kian dewasa. 

Simak saja dalam perkembangan sejauh ini peristiwa konflik dan kekerasan yang mewarnai pilkada kian menurun. Jadi seharusnya parpol dan parlemen yang mengoreksi diri, membenahi fungsi representasinya serta meningkatkan kualitas berpolitiknya, bukan malah menuduh rakyat tidak mampu menjalankan pilkada langsung. Anehnya dan begitu ngawur, kegagalan parpol dan parlemen dalam pilkada malah meminta kewenangannya diperbesar, ini sungguh bertolak belakang dengan kenyataan reformasi.


Korupsi DPRD


Begitu pula adanya tudingan soal biaya politik yang mahal dalam Pilkada langsung sesungguhnya tidak terbukti. Andai definisi biaya pilkada yakni pendanaan bersumber dari APBD ditambah biaya politik yang dikeluarkan kandidat untuk pemilih (tentu dengan kritik atas peristiwa ini), hal itu tidak seberapa dibanding pilkada DPRD kelak. 

Pilkada oleh DPRD justru dipastikan biaya politik makin besar, selain membeli tiket ke parpol juga untuk menyuap anggota parlemen sebagai konsekuensi keterpilihan kandidat. Setelah terpilih, kepala daerah pasti 'bertanggung jawab dalam transaksi' berupa 'pengkaplingan' anggaran dinas-dinas yang bakal dikuasai parpol dan anggota parlemen. 

Dinas atau SKPD bakal diperas anggarannya akibat dagang sapi saat Pilkada, itu berarti akan menyuburkan praktik korupsi yang jamak. Dalam konteks itu, APBD akan dijadikan bancakan anggota DPRD konsekuensi dari Pilkada yang dikendalikan mereka. Persis sinyalemen KPK, bahwa pilkada oleh DPRD dipastikan bakal menyuburkan korupsi dengan modus-modus transaksional.

Apalagi, pilkada yang dilakukan secara tertutup tanpa diawasi publik serta tidak ada akses terbuka bagi masyarakat non parpol untuk berpartisipasi, potensi penyalahgunaan kekuasaan makin membesar. 

Dapat dibayangkan, pola semacam ini tidak akan mampu menjaring kandidat yang baik, bersih, jujur, dan kredibel. Ruang calon independen misalnya untuk terlibat menjadi bagian dalam proses politik lokal dan kesempatan menjadi pemimpin daerah menjadi tertutup. Dengan demikian pilkada oleh DPRD tidak akan bisa menghasilkan pemimpin daerah sesuai kehendak rakyat. Mereka yang bisa maju dan terpilih tentu harus berani menyuap anggota DPRD. 

Parlemen Pasca Pilpres

Semenjak peristiwa pemilihan presiden (pilpres) sebagai ajang kontestasi dua kubu, Jokowi-Jk dengan Prabowo-Hatta, nampaknya terus berbuntut. Kemenangan Jokowi-Jk secara hukum dan legitimasi politik ternyata masih belum diterima beberapa orang yang tergabung dalam kubu koalisi merah putih (selanjutnya disebut kubu neo orba) di parlemen. 



Reproduksi permusuhan pasca pilpres yang direkayasa oleh sebagian kecil orang, tetapi mereka berperan dominan dalam koalisi merah putih, untuk terus bermanuver dengan berbagai cara yang ujungnya menghambat laju pemerintahan dan menggoncangkan sistem politik.

Tujuannya sangat pragmatis, dendam atas kekalahan pilpres. Mereka berupaya mengolah kekuatan untuk menggerogoti kekuasaan pemerintahan dengan mengedepankan cara-cara anti demokrasi. Sebagaimana diketahui, mesin dominan yang bekerja dibalik koalisi neo orba ini adalah petinggi Golkar dengan menyeret PKS sebagai kekuatan inti mengoperasikan manuver dengan mempengaruhi PAN, PPP, PD dengan menumpukan blok Gerindra sebagai bamper. 

Praktis cara kerja koalisi ini sangat sistematis. Selain memulai dengan pengesahan UU MD3, lalu UU Pilkada agar bisa menguasai jaringan pemerintahan daerah dengan memenangkan Pilkada melalui DPRD di Indonesia, dan beberapa agenda lainnya untuk menopang ambisi politiknya. 

Lebih dari itu dalam jangka panjang kemungkinan akan membangun siasat baru dalam Pilpres, yakni upaya memperkuat kembali kewenangan MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Pola semacam ini menjadi makin jelas, dimana parlemen yang dikuasai oleh koalisi neo orba bakal menguasai kendali politik untuk kedepan sehingga menelorkan keputusan-keputusan yang anti demokrasi kerakyatan.

Jika MPR akan dirancang ulang menjadi lembaga tertinggi negara sebagaimana kehendak koalisi neo orba, maka mereka membangun justifikasi bisa memilih dan memberhentikan Presiden. Nah, dititik inilah kulminasinya. 

Jikalau pemerintahan Jokowi membuat kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan koalisi neo orba, sekalipun kebijakan pemerintahan Jokowi itu demi kepentingan rakyat, maka akan ada rekayasa dan diproyeksi untuk impeachment. Nalar ini mulai berproses dan bekerja, yang tentu saja akan merusak seluruh disain reformasi dan demokrasi yang telah berlansung selama ini.

Ekstra Parlemen



Demokratisasi yang berlangsung sebagai mandat reformasi tentu tidak bisa dihentikan. Upaya koalisi neo orba dengan merekayasa Pilkada oleh DPRD berarti tindakan anti demokrasi. Karena anti demokrasi, berarti memusuhi rakyat dalam proses politik kebijakan. Politik otoriter yang menjadi catatan kelam masa lalu, tidak bisa dibiarkan hidup kembali oleh karena ulah para pembajak demokrasi Indonesia. 

Tentu sejarah harus maju dan berkembang, bukan dipangkas apalagi ditenggelamkan oleh kecongkakkan parlemen dan politisi yang bermental kumuh. Dalam konteks itulah, peran civil society, gerakan sosial sebagai kekuatan pengimbang oligarkhi parlemen menjadi alternatif penting. 

Upaya mengingatkan parpol agar berbenah tidak direspon, alih-alih justru makin liar derajat oligarkhinya. Kekuatan ekstra parlemen yang didalamnya sektor buruh, mahasiswa, petani, kaum miskin kota, aktivis LSM, perempuan, jurnalis maupun golongan kelas menengah yang pro demokrasi perlu untuk digalang kembali sebagai kekuatan pengimbang. Pilihan kerja politik ekstra parlemen ini tujuannya agar jangan sampai arah politik terperosok pada kembalinya pola orde baru. 

Metamorphosis politik orba yang masuk dalam parpol neo orba ini secara licik mengadaptasikan diri dalam demokrasi prosedural, dan sebenarnya mereka berwatak elitis, tidak mengakar, tetapi menguasai akses dalam pengambilan keputusan strategis di tingkat formal. Perlawanan penting yang perlu dilakukan adalah 'mendelegitimasi kekuatan koalisi orba' dimana kekuatan ekstra parlemen di berbagai sektor untuk lebih aktif melakukan gerakan sosial secara massif yang ditopang kerja politik media, dalam berbagai bentuk.

Pilihan ini tantangannya adalah, bagaimana kita mampu mengelola isu-isu struktural dan demokrasi popular yang bisa menumbuhkan energi kolektif penopang gerakan sosial. Jangan sampai koalisineo orba memanipulasi isu dalam arah sektarian, sebagai isu lama persis cara orde baru memecah bangsa.

Sejarah membuktikan melalui kerja ekstra parlemen ini akan mampu menunjukkan bentuk pembangkangan dan perlawanan pada otoriterisme, dan secara kontekstual saat ini untuk melawan oligarkhi koalisi neo orba. Atas dasar itulah, pemerintahan Jokowi JK tentu harus dikawal dengan dukungan dan kritik yang bisa memecahkan masalah bangsa ini sesuai dengan track demokrasi, kerakyatan dan semangat membangun bangsa yang berdaulat. Bagaimananpun juga dari realitas ini akan terbaca sesungguhnya; siapa menjadi kekuatan demokrasi dan anti demokrasi. Akan bisa pula menemukan dan membedakan antara reformis sejati dan reformis gadungan.

*) Arie Sujito, Sosiolog UGM, peneliti IRE
http://news.detik.com/read/2014/09/29/155814/2704367/103/1/ekstra-parlemen-melawan-koalisi-neo-orba