Anak Dukung Mutiara, Ayah di non-job-kan oleh Sofhian Mile

Postingan Hardiyanto. sumber facebook.com


Banggai - Bupati Banggai Sofhian Mile melalui Asisten I dan Camat melantik beberapa Kepala Sekolah SMA/SMK, SMP, SD dan TK/PAUD di beberapa wilayah masing-masing pada hari Sabtu 22 Agustus 2015. Seluruh Kepala Sekolah yang dilantik tersebut berjumlah 201 orang yang terdiri dari 16 Kepala SMA/SMK, 36 Kepala SMP, 129 Kepala SD dan 20 Kepala TK/PAUD. Kepala SMA/SMK dan SMP dilantik oleh Asisten I sedangkan Kepala SD, TK/PAUD oleh Camat.

Pelantikan tersebut merupakan hal biasa, yang tidak biasa yaitu ketika ada beberapa oknum yang masih menjabat Kepala Sekolah dan kemudian digantikan oleh orang lain dan ini tentunya sangat tidak baik bagi orang tersebut.

Penelusuran media ini, ada oknum yang awalnya menjabat Kepala Sekolah SD di salah satu wilayah Kepala Burung digantikan oleh orang lain yang juga berasal dari sekolah yang sama. Menjadi pertanyaan mengapa beliau di non job-kan? Penelusuran media menemukan hubungan keterkaitan antara anaknya yang bernama Hardiyanto Djanggih, SH, MH.
Hardiyanto merupakan seorang dosen disalah satu perguruan tinggi swasta di Luwuk yang saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di perguruan tinggi di Makassar. Hardi juga merupakan salah satu pengurus di KNPI yang dipimpin oleh Ibu Batia Sisilia Hadjar yang saat ini maju sebagai calon wakil bupati Banggai berpasangan dengan Ma'mun Amir. Peran Hardi pada perhelatan di Pilkada Banggai diendus pihak incumbent Sofhian Mile dimana terlihat Hardi menjadi salah satu tim pendaftaran pasangan Ma'mun-Batia atau Mutiara. 

Keterlibatan Hardi dalam mendukung salah satu paslon yang menjadi lawan Sofhian Mile nantinya pada Pilkada yang di helat 9 Desember 2015 ini yang diduga menjadi penyebab sang ayah harus sabar dan ikhlas menerima konsekuensi politik. Kesabaran dan keikhlasan sang ayah menerima kenyataan itu diungkapkan Hardi dalam postingannya  di akun facebook. 

Cukup sedih bila benar dugaan hanya karena anak mendukung paslon lain kemudia ayah yang guru menjadi korban kekuasaan dari sang penguasa. Mungkin saja ini bukan hanya di alami ayah dari Hardi? Ironi nasib PNS !




0 komentar:

Post a Comment