Cerita 13 koban penculikan 1997/1998 yang sampai belum kembali

 
Kasus penculikan 13 orang yang kebanyakan aktivis pada 1997-1998 kembali mencuat di tengah hiruk pikuk pemilu belakangan ini. Terlebih setelah ada pernyataan menghebohkan dari mantan Kakostrad Mayjen (Purn) Kivlan Zen bahwa dia mengetahui di mana mereka 'dihilangkan'.

Semua tahu, 13 orang itu tidak kembali hingga kini setelah lenyap di tengah pergolakan reformasi 1997-1998. Sejumlah usaha telah diupayakan Komnas HAM dan DPR untuk mencari mereka yang lenyap dan menyeret pelaku ke Pengadilan HAM. Namun, upaya itu belum membuahkan hasil. Sejumlah LSM menilai ini karena tidak adanya political will dari penguasa.

Mereka tetap hilang hingga saat ini, meski Mahkamah Militer sudah menghukum 11 anggota Kopassus (Tim Mawar) yang melakukan penculikan dan Dewan Kehormatan Perwira sudah mencopot Letjen Prabowo Subianto dari dinas militer. Untuk diketahui, saat kasus penculikan terjadi, Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus.

Berikut 13 orang yang masih hilang itu:

1. Petrus Bima Anugrah
Pria kelahiran Malang 24 September 1973 ini adalah mahasiswa Unair Surabaya, kemudian STF Driyarkara Jakarta. Aktivis Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID), organisasi sayap Partai Rakyat Demokratik (PRD), ini hilang di Jakarta pada 30 Maret 1998.
Sebelum hilang, dia berjanji kepada orangtuanya akan pulang ke Surabaya pada perayaan Paskah, April 1998. Namun, hingga kini dia tak tahu di mana rimbanya.

2. Herman Hendrawan
Sama dengan Petrus Bima Anugerah, Herman Hendrawan adalah mahasiswa FISIP Unair Surabaya. Pria kelahiran Pangkal Pinang 29 Mei 1971 ini hilang usai konferensi pers Komite Nasional Penyelamat Demokrasi (KNPD) di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jakarta, 12 Maret 1998.
Sebagai aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), Herman dikenal berani menentang rezim Soeharto. Demi memperjuangkan keadilan lewat cita-cita sosialisme di negerinya, Herman memutuskan memilih jalur pergerakan dan meninggalkan bangku kuliah. Di jalan terjal yang dipilihnya itu, Herman akhirnya 'dihilangkan' dan belum atau mungkin tak akan kembali.

3. Suyat
Pria kelahiran 1 Oktober 1975 ini merupakan aktivis Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID), organisasi sayap Partai Rakyat Demokratik (PRD). Mahasiswa FISIP Universitas Slamet Riyadi ini hilang di Solo pada 12 Februari 1998 dini hari sekitar pukul 02.00 Wib.
Pada pagi-pagi buta itu, Suyat dijemput sekitar 10 orang yang menggunakan mobil Kijang. Berumur 23 tahun kala itu, Suyat barangkali aktivis termuda yang 'dihilangkan' dan tak pernah kembali hingga kini.

4. Wiji Thukul
Pria kelahiran Surakarta 3 November 1967 dikenal sebagai penyair revolusioner sekaligus aktivis di Jaringan Kerja Kesenian Rakyat (Jaker). Dia hilang di Jakarta pada 10 Januari 1998.
Thukul berhenti sekolah di bangku SMA karena kesulitan keuangan. Namun, karya-karya puisinya luar biasa, banyak membakar semangat perlawanan. Hampir semua karya puisinya berisi protes tajam terhadap kediktatoran rezim Soeharto.
Sebelum 'dihilangkan', Thukul sejak Juni 1996 sudah berpindah-pindah keluar masuk daerah dari kota satu ke kota yang lain untuk bersembunyi dari kejaran aparat. Dalam pelariannya itu Thukul tetap menulis puisi-puisi yang terus menyulut api pemberontakan. "Hanya ada satu kata: lawan!" demikian kata Thukul dalam puisinya yang berjudul 'Peringatan'.

5. Yani Afri
Yani Afri adalah pendukung PDI Megawati di Jakarta Utara yang ikut ikut koalisi Mega Bintang dalam Pemilu 1997. Dia sempat ditahan di Makodim Jakarta Utara, sebelum akhirnya hilang di Jakarta pada 26 april 1997.
Hilangnya pria kelahiran Jakarta 26 April 1971 ini diketahui setelah ibundanya, Tuti Koto, melapor ke KontraS. Tuti awalnya meragukan bila anaknya yang bekerja sebagai sopir angkutan kota tersebut aktif berpolitik.
Yani Afri diharapkan menjadi gantungan hidup Tuti di masa tua. Tapi, Tuti kini hanya bisa mengais bayangan anaknya yang hilang entah ke mana.

6. Sonny
Sonny adalah teman Yani Afri sesama sopir angkot. Namun, dia juga pendukung PDI Megawati di Jakarta Utara. Sonny hilang di Jakarta pada 26 April 1997.

7. Deddy Hamdun
Deddy Hamdun (43) terlihat terakhir kali 29 Mei 1997, bersamaan dengan berlangsungnya proses pemungutan suara pemilu di tahun yang sama. Sebelum hilang, Deddy dikenal sebagai seorang pengusaha dan aktif sebagai kader di Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Saat berlangsungnya kampanye 1997, suami dari artis Eva Arnaz ini juga aktif mengusung Mega-Bintang. Kondisi ini membuat dirinya menjadi incaran aparat.
Ada dua versi yang menyebutkan ihwal penculikan ayah tiga anak ini. Pertama aktivitas politiknya bersama PPP, dan kedua dikaitkan dengan pekerjaannya selaku dalam jual beli lahan.

8. Noval Akatiri
Noval Alkatiri (31) merupakan seorang pengusaha. Dia memiliki perusahaan bernama PT Sangkuriang Tour and Travel, serta sebuah usaha outsourcing.
Pria kelahiran 25 Mei 1967 ini adalah pendukung berat Mega-Bintang pada kampanye Pemilu 1997. Ayah dari Nafilah ini ikut diculik saat berada satu mobil dengan Deddy Hamdun.


9. Ismail
Ismail (31) adalah sopir dari Noval Alkatiri. Dia ikut diculik bersama Deddy Hamdun dan majikannya saat berlangsungnya pemungutan suara pada 29 Mei 1997.

Tidak ada foto yang bisa menggambarkan sosoknya, termasuk KontraS. Keluarganya di Ambon pun hanya pasrah sembari menantikan secuil informasi mengenai keberadaannya.

10. Ucok M. Siahaan
Sebelum menghilang, Ucok M Siahaan diketahui sebagai mahasiswa Perbanas kelahiran Jakarta 17 Mei 1976. Ucok juga terdata sebagai warga Depok, Jawa Barat.
Aktivitas politik Ucok tidak begitu diketahui. Pihak keluarga hanya mengetahui Ucok sebagai seorang mahasiswa. Namun, pada tanggal 12 Mei 1998 sebelum lengsernya Soeharto, Ucok sempat mengatakan kepada ibunya bahwa sebentar lagi penguasa otoriter itu bakal jatuh. Ucok diduga diculik saat kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta.

11. Hendra Hambali
Hendra Hambali (19) menjadi satu-satunya orang termuda yang hilang bersama 12 orang lainnya. Saat menghilang, dia diketahui masih berseragam SMU.
Dari informasi dari keluarganya, Hendra terakhir kali terlihat saat berlangsungnya kerusuhan di Glodok, Jakarta, pada 15 Mei 1998 lalu.

12. Yadin Muhidin
Yadin Muhidin merupakan salah satu alumnus sekolah pelayaran. Dia terakhir terlihat di kawasan Sunter, Jakarta Utara saat kerusuhan mengepung ibu kota pada 14 Mei 1998.
Polisi mengungkapkan, Yadin pernah ditahan selama dua hari di Mapolres Jakarta Utara selama dua hari. Setelah itu, dia dilepas dan tidak pernah diketahui keberadaannya sampai sekarang.
Pria yang lahir di Jakarta 11 September 1976 bukanlah pemuda yang aktif dengan kegiatan-kegiatan politik. Kesehariannya di isi dengan aktivitasnya berkumpul sama-sama dengan teman-teman di sekitar rumahnya.

13. Abdun Nasser
Abdun Nasser diketahui bekerja sebagai seorang kontraktor. Dia diketahui hilang saat berlangsungnya kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta. Tidak banyak informasi mengenai latar belakang pria ini.

Kita berharap suatu saat nanti para aktivis yang diculik tersebut dapat diketahui dimana keberadaannya. Mereka tidak merasakan perjuangan mereka saat ini dimana kita bebas memberikan kritikan kepada rezim yang dianggap keliru. Penculikan mereka adalah catatan sejarah kelam rezim Orde Baru yang sampai saat ini masih tanda tanya. hanya waktu yang bisa menjawab semua itu dan kita tidak boleh mudah lupa.
sumber: merdeka.com

1 komentar: