Virus Zika Menular pada Janin, Bayi akan Mengalami Cacat Bawaan

Jakarta - Virus zika yang menghantui masyarakat Amerika Selatan sejak akhir tahun lalu masih terus menebar ’’teror’’.
Persebaran virus berbahaya yang bisa mengakibatkan cacat pada janin itu membuat Brasil sibuk. Amerika Serikat (AS) pun menerbitkan larangan bepergian ke negara-negara terjangkit.
Senin waktu setempat (25/1), Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau masyarakat, khususnya mereka yang bermukim di Benua Amerika, lebih waspada terhadap virus zika.
Sangat mungkin virus yang menyebar lewat gigitan nyamuk itu menginfeksi seluruh Amerika. Kecuali, Kanada dan Cile. Tidak jelas mengapa WHO menyebut dua negara itu sebagai perkecualian.

Sejak awal tahun ini, AS merilis larangan bepergian ke 14 di antara total 21 negara yang terjangkit zika.
Larangan itu khususnya ditujukan kepada para perempuan hamil. Sebab, virus yang kali pertama ditemukan di Danau Victoria, Uganda, pada 1947 itu bisa menular pada janin.
Akibatnya, bayi yang dilahirkan akan mengalami cacat bawaan. Salah satunya microcephaly.
’’Sejak November lalu sampai sekarang, ada sekitar 3.893 kasus microcephaly akibat virus zika di Brasil,’’ terang WHO.
Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan, karena infeksi virus zika pada ibu hamil, bayi yang dilahirkan mengalami kelainan otak. Yakni, ukuran otaknya lebih kecil.
Akibatnya, kepala bayi yang terinfeksi virus zika cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan bayi normal.
Akhir tahun lalu, seorang perempuan AS yang baru kembali dari Brasil positif terjangkit virus zika. Dia lantas melahirkan bayi dengan kelainan microcephaly di Hawaii. Namun, sejauh ini, belum ada laporan tentang kasus zika di Negeri Paman Sam.
’’Kita tidak punya obat dan vaksinnya. Ini seperti deja vu dengan ebola. Penyakit sepele yang tidak kita pahami, namun mewabah dan mematikan,’’ kata Trudie Lang.
Lang yang merupakan pakar kesehatan global pada University of Oxford mengusulkan pengembangan vaksin zika secepatnya.
Imbauan itu direaksi cepat oleh Butantan Institute di AS, GlaxoSmithKline di Inggris, dan Sanofi di Prancis.
Saat ini, tiga produsen obat tersebut sedang menjajaki pembuatan vaksin zika. Namun, proses itu tetap membutuhkan waktu yang panjang. Minimal tiga tahun. /jawapos.com

0 komentar:

Post a Comment