Hasil pantauan Politic Wave Indonesia: ARB banyak dibantu akun palsu
Hasil pantauan Politic Wave Indonesia, calon presiden dari Partai Golkar
Aburizal Bakrie adalah kandidat yang paling memiliki relawan dengan
akun palsu di media sosial. Yakni 19 persen relawan Ical di media sosial
berstatus palsu, dan 81 persen di antaranya asli.
"Hasil analisa Politic Wave menemukan bahwa Jokowi adalah kandidat dengan akun relawan real atau nyata tertinggi yakni sebanyak 85 persen. Sementara Prabowo Subianto berada di urutan kedua dengan 82 persen dan disusul oleh Ical dengan 81 persen. Bisa disimpulkan bahwa lebih dari 80 persen akun-akun yang membicarakan maupun mendukung para capres tersebut adalah akun real," kata pendiri Politic Wave, Yose Rizal, pada Tempo lewat rilisnya, Rabu, 7 Mei 2014.
Politic Wave selama periode 22 April-4 Mei 2014 memantau percakapan di media sosial yang terkait dengan tiga capres yang digadang-gadang paling berpotensi dan isu akun palsu, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie. Selama masa monitoring, Politica Wave telah berhasil menganalisa total akun dari ketiga capres tersebut yang berjumlah 86.654 akun, yang mana jumlah tersebut adalah jumlah akun netizen real dan akun bot.
"Untuk menyaring akun-akun tersebut Politica Wave menggunakan sejumlah metode-metode khusus, di antaranya adalah dengan menyaring akun-akun tersebut melalui aplikasi yang digunakan oleh akun-akun tersebut, menganalisa timeline dan parameter penyaring akun bot lainnya," katanya.
Dari hasil pemantauannya, Politic Wave juga mencatat, jumlah netizen real yang mempercakapkan Prabowo meningkat tajam sejak perayaan hari buruh tanggal 1 Mei yang juga dipengaruhi oleh jumlah pemberitaan yang tinggi di hari tersebut. Sementara topic menarik terkait Ical adalah mengenai isu evaluasi pencapresannya yang semakin kencang dihembuskan.
Sebelumnya ramai diperbincangkan di berbagai media online dan media sosial mengenai akun-akun media sosial relawan para capres yang berbayar. Isu tersebut paling santer ditujukan untuk Jokowi paska kemunculan puisi "Pasukan Nasi Bungkus".
Ditambah pernyataan salah satu pengamat komunikasi politik yang menambahkan bahwa kehadiran akun-akun bayaran yang tidak real tersebut digunakan untuk menggiring opini publik, serta hal tersebut adalah salah satu bentuk dari "money politics".
Tak bisa dielakkan bahwa isu tersebut menimbulkan pro dan kontra bahkan tak lama setelahnya muncul berita-berita yang mengkritik pernyataan tersebut. Untuk membuktikan kebenaran isu tersebut, Politic Wave melakukan analisa terhadap akun-akun yang melakukan percakapan tentang Capres. Hasilnya, Ical disebut paling banyak "dibantu" oleh relawan berakun palsu.
"Hasil analisa Politic Wave menemukan bahwa Jokowi adalah kandidat dengan akun relawan real atau nyata tertinggi yakni sebanyak 85 persen. Sementara Prabowo Subianto berada di urutan kedua dengan 82 persen dan disusul oleh Ical dengan 81 persen. Bisa disimpulkan bahwa lebih dari 80 persen akun-akun yang membicarakan maupun mendukung para capres tersebut adalah akun real," kata pendiri Politic Wave, Yose Rizal, pada Tempo lewat rilisnya, Rabu, 7 Mei 2014.
Politic Wave selama periode 22 April-4 Mei 2014 memantau percakapan di media sosial yang terkait dengan tiga capres yang digadang-gadang paling berpotensi dan isu akun palsu, Joko Widodo, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie. Selama masa monitoring, Politica Wave telah berhasil menganalisa total akun dari ketiga capres tersebut yang berjumlah 86.654 akun, yang mana jumlah tersebut adalah jumlah akun netizen real dan akun bot.
"Untuk menyaring akun-akun tersebut Politica Wave menggunakan sejumlah metode-metode khusus, di antaranya adalah dengan menyaring akun-akun tersebut melalui aplikasi yang digunakan oleh akun-akun tersebut, menganalisa timeline dan parameter penyaring akun bot lainnya," katanya.
Dari hasil pemantauannya, Politic Wave juga mencatat, jumlah netizen real yang mempercakapkan Prabowo meningkat tajam sejak perayaan hari buruh tanggal 1 Mei yang juga dipengaruhi oleh jumlah pemberitaan yang tinggi di hari tersebut. Sementara topic menarik terkait Ical adalah mengenai isu evaluasi pencapresannya yang semakin kencang dihembuskan.
Sebelumnya ramai diperbincangkan di berbagai media online dan media sosial mengenai akun-akun media sosial relawan para capres yang berbayar. Isu tersebut paling santer ditujukan untuk Jokowi paska kemunculan puisi "Pasukan Nasi Bungkus".
Ditambah pernyataan salah satu pengamat komunikasi politik yang menambahkan bahwa kehadiran akun-akun bayaran yang tidak real tersebut digunakan untuk menggiring opini publik, serta hal tersebut adalah salah satu bentuk dari "money politics".
Tak bisa dielakkan bahwa isu tersebut menimbulkan pro dan kontra bahkan tak lama setelahnya muncul berita-berita yang mengkritik pernyataan tersebut. Untuk membuktikan kebenaran isu tersebut, Politic Wave melakukan analisa terhadap akun-akun yang melakukan percakapan tentang Capres. Hasilnya, Ical disebut paling banyak "dibantu" oleh relawan berakun palsu.
0 komentar:
Post a Comment