Mafia Migas Di Belakang Prabowo-Hatta

Seiring dg kemanjuan ekonomi dan perubahan gaya hidup maka konsumsi minyak kita ikut meningkat dari tahun ke tahun.
Konsumsi minyak kita saat ini adalah 1,4 juta barel perhari. Angka ini meningkat terus di tahun2 yg akan datang.
Sungguh sayang Indonesia yg kaya SDA itu ternyata tidak mampu mengelolanya dg baik. Ini akibat ulah beberapa gelintir orang yg khianat.
Ini tercermin dari ketahanan kita dibidang energi. Bayangkan, dari kebutuhan 1,4 juta barel perhari itu yang 900 ribu barel kita import!
Jika tidak ada upaya penanganan yg radikal maka tahun 2018 negara kita akan menjadi negara pengimpor minyak terbesar di dunia!
Yang menarik disini adalah mengapa produksi minyak kita tidak bisa ditingkatkan? Bukankah cadangan minyak kita masih sangat besar?
Untuk mencari tahu jawabannya kita harus kembali ke jaman orde baru. Karena dari sinilah awal mula masalahnya.
Akibat kebijakan salah era orde baru dimana Pertamina dijadikan sapi perah oleh rejim orba, maka exploitasi minyak kita keteteran.
Akibatnya negara kita yg sebelumnya adalah exportir minya berubah menjadi negara importir minyak.
Maka dibentuklah anak perusahaan Pertamina yg bernama Pertamina Trading Ltd (Petral)
Tugas utama Petral adalah menjamin supply kebutuhan minyak yg dibutuhkan Indonesia dg cara impor.
Sejak direncanakan sudah tercium hidden agenda dari dibentuknya Petral ini. Wajar, uang yg berputar disini luar biasa besar.
Maka diambil keputusan yg aneh, kantor Petral berlokasi di Singapura, bukan Indonesia. Tentu saja Singapura menyambut dg tangan terbuka.
Banyak alasan ditetapkannya Singapura sbg markas. Namun fakta membuktikan bahwa hukum Indonesia tidak bisa menjangkau permainan disana.
Inilah sebabnya mengapa sebagian besar impor minyak kita berasal dari Singapura. Karena Petral memang bermarkas disana.
Banyak sudah tulisan dan berita perihal permainan mafia minyak di Petral ini. Semua mengarah pada satu nama >> Muhammad Riza Chalid.
Riza Chalid adalah pemain lama, sejak jaman orba dia sudah kuasai Petral. Sejak itu pula dia kuasai kebutuhan minyak negeri ini.
Pemimpin dan rejim boleh silih berganti, tapi Muhammad Riza Chalid tetap menjadi penguasa yg sesungguhnya.
Riza Chalid menguasai Petral melalui perusahaan dan anak2 perusahaannya yg lebih dikenal dg nama "pasukan lima"
Riza Chalid adalah pemilik sesungguhnya dari Global Energy Resources yang menjadi induk dari 5 perusahaan yaitu:
Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil dan Cosmic Petrolium. Kelima perusahaan inilah yg sering disebut dg "pasukan lima"
Kelima perusahaan tsb terdaftar di virgin island, surga cuci uang dan bebas pajak pula.
Melalui kelima pasukannya inilah Riza Chalid selalu memenangkan tender pembelian minyak Petral. Nama2 peserta tender lainnya cuma formalitas.
Monopoli selalu menghasilkan inefisiensi. Begitu pula yg terjadi di dunia impor migas kita.
Monopoli impor migas yg dipegang Petral dan Petral yg dikuasai oleh Mafia migas menghasilkan inefisiensi besar2an.
Dan tentu saja yg jadi korbannya disini adalah rakyat Indonesia. Sebab yg menikmati subsidi BBM yg sesungguhnya itu adalah para mafia ini.
Akibat permainan monopoli mafia impor ini mereka leluasa menetapkan harga beli sesuai keuntungan yg mereka harapkan.
Setidaknya tjd mark up sebesar 5 - 30 dolar per barel pada harga pembelian petral. Harga beli petral selalu diatas harga pasaran saat itu.
Puluhan hingga ratusan trilyun uang negara lenyap demi kelanggenan bisnis mafia minyak ini. Mereka inilah penikmat subsidi yg sesungguhnya.
Gurihnya untung kongkalikong Petral dan mafia migas ini, maka jangan heran jika mereka akan melakukan apapun demi menjaga kepentingannya.
Nah, untuk menjaga kepentingan bisnisnya tsb mereka harus punya kaki tangan baik di eksekutif dan legislatif negeri ini.
Jaman orde baru dulu pendekatan yg mereka lakukan adalah dg mendekati dan bekerjasama dg keluarga cendana.
Seiring dg perubahan kondisi politik dalam negeri dan semakin kuatnya posisi finansial mereka maka pendekatan mereka juga ikut berubah.
Terhitung sejak era SBY mereka tidak lagi sekedar mendekati penguasa tapi ikut menciptakan penguasa.
Perlu diingat bahwa SBY pernah menjadi menteri pertambangan di era Gus Dur. Disinilah kedekatan dg sang tuan terjadi.
Selain dg SBY, Riza Chalid juga memiliki kedekatan dg Hatta Rajasa. Sebelum jadi menteri usaha HR adalah dibidang migas juga. Klop!
Memasuki masa pemerintahan SBY yg kedua Riza berhasil menggunakan agennya, Hatta Rajasa untuk memasukkan 60% nama menteri di kabinet.
Maka semakin kuatlah cengkeraman kuku mafia migas menguasai negeri ini. Terjadi simbiosis mutualisme antara penguasa dan mafia.
Mengapa para para petinggi itu mau diperalat oleh Riza Chalid? Jawabnya sederhana, sebagai politikus mereka butuh uang utk meraih kekuasaan.
Sementara Riza Chalid sendiri perlu mengamankan kepentingan bisnisnya. Kebijakan pemerintah yg berpihak pada mafia adlh salah satu bentuknya.
Jadi jangan heran jika sejak puluhan tahun lalu tidak pernah terjadi lagi peningkatan produksi minyak kita.
Karena memang tidak ada kebijakan yg mendorong eksploitasi. Dg kata lain, makin besar impor makin untung para mafia ini.
Jangan heran pula tidak ada upaya penambahan kilang2 baru utk mengolah minyak mentah dalam negeri.
Karena lebih menguntungkan mereka jika minyak mentah kita dijual murah ke singapura dan diproses disana lalu kita impor lagi sbg BBM.
Ingat bisnis mereka dari monopoli import Petral, oleh karenanya mereka upayakan segala cara agar Indonesia makin tergantung pd import.
Memasuki pilpres kali ini merekapun tidak tinggal diam. Riza Chalid perlu memastikan pemenangnya adalah pihak yg sesuai kepentingan mereka.
Jika dicermati baik2 platform PAN di bidang SDA maka kita bisa menarik garis merahnya Platform PAN mirip era Soeharto dimana Negara berkuasa langsung lewat BUMN. Tapi dibalik itu operasional ditangan mitra strategis.
Platform PAN dibidang SDA itu terlihat sekali merupakan titipan kepentingan para mafia migas.
Sebab monopoli (atau mungkin lebih tepat oligopoli) tetap bisa berjalan. Mereka tidak menginginkan adanya kompetisi yg sehat dlm bisnis ini.
Itulah sebabnya mengapa dlm beberapa kesempatan Hatta Rajasa menekankan pentingnya platform dibidang SDA dlm menjalin koalisi.
Sebab Hatta Rajasa adalah kaki tangan Muhammad Riza Chalid yg ingin memastikan bisnisnya tidak terganggu oleh pergantian pemerintah.
Itulah pula sebabnya mengapa Prabowo memilih Hatta Rajasa sebagai cawapresnya. Karena dia disupport oleh amunisi yg tak terbatas!
Hatta Rajasa bukanlah capres yg populer. Partainya pun gagal total dalam pileg kemarin. Mengapa Prabowo malah memilih dia?
Jika alasan Prabowo adalah seperti yg disampaikan Prabowo, krn prestasi2 Hatta Rajasa. Emangnya apa prestasi beliau selama ini?
Sesungguhnya yg diincar pertama adalah Jokowi sbg capres paling populer. Namun Jokowi menolak mentah2 platform yg merugikan rakyat ini.
Mk mendekatlah ke Prabowo. Mendapat mitra dg amunisi tak terbatas tentu saja sangat diterima Prabowo. Persetan dg keberatan PKS dan PPP.
Tidak heran jika ada tudingan kubu Prabowo-Hatta punya amunisi hingga 100 Trilyun utk pilpres kali ini http://t.co/goXqpIx3xw
Apakah benar Muhammad Riza Chalid berada dibelakang Hatta Rajasa? Apa buktinya dia punya hubungan khusus dg HR?
HR sendiri tak menampik dekat dg sang mafia: "Kalau masalah dekat dengan Riza Chalid, terus kenapa kalau ada hubungan dekat"
Dan bukti tak terbantahkan Riza Chalid beberapa kali datang ke Rumah Polonia. Berdiskusi langsung dg timses Prabowo-Hatta
Ini foto Riza Chalid sedang berbicara dg Letjen Burhanudin anggota timses di rumah Polonia http://t.co/UpSjWvpCDO
Pertanyaannya, untuk apa sang mafia migas ada di rumah Polonia? Sekedar silaturahim?
Jelas sudah apa yg akan terjadi jika Prabowo-Hatta sampai berkuasa di negeri ini. Negeri ini akan berada dibawah jeratan mafia!
Baik Jokowi-JK maupun Prabowo-Hatta punya visi misi utk menghapus subsidi BBM yg memberatkan perekonomian negara.
Namun satu pihak akan lakukan efisiensi sementara pihak lain adalah kaki tangan mafia yg menjadi penyebab dari inefisiensi.
Taruhlah sama2 akan menghapus subsidi BBM. Tentu Jokowi-JK akan melawan mafia migas agar harga beli masyarakat tidak terlalu tinggi
Lalu apa yg akan dilakukan oleh Prabowo-Hatta jika saat inipun sudah berada dibawah cengkeraman mafia migas?
Yang terjadi justru kita akan semakin bergantung pada import dan 2018 kita akan benar2 menjadi importir minyak terbesar di dunia.
Sebab Muhammad Riza Chalid sangat berkepentingan agar bangsa ini tidak pernah mandiri dalam bidang energi.
Betapa tidak, makin besar import migas kita akan semakin menguntungkan bisnisnya.
Menjanjikan kemandirian energi dengan kampanye yg dibiayai oleh mafia migas adalah lelucon murahan.
Menjanjikan penguasaan SDA oleh negara dg kampanye yg dibiayai mafia monopoli import BUMN adalah lelucon kejam.
Atau SDA kita dikuasai oleh segelintir mafia yg berkuasa terhadap pemimpin kita?
Janji bisa bohong tapi rekam jejak tidak. Perhatikan baik2 dengan siapa mereka bersekutu untuk memenuhi janjinya itu.
Jangan sampai kita tergiur janji surga oleh pihak yg bersekutu dg setan. Jangan sampai kita memilih pemimpin yg bersekutu dg mafia.
Sekian kultwit kami. Semoga mencerahkan dan menambah wawasan kita semua. Waspadalah!

By. PS



















0 komentar:

Post a Comment