Tentang situs KitaPKS dan Edisinews dan Ikhtiar Mempertahankan Dusta
Kebohongan Tabulasi Suara Palsu Versi PKS
Tabulasi “real count” versi PKS memberi kita pelajaran berharga,
yakni bahwa anda akan repot sekali memberi alasan pembenar pada dusta.
Jika anda berupaya keras melakukannya, maka yang anda lakukan tidak
lebih adalah ikhtiar yang akan mempermalukan dan mencincang diri
sendiri.
Ketika PKS mengumumkan kemenangan Prabowo-Hatta Rajasa, pada malam hari
tanggal 9 Juli 2014, dan menyodorkan tabulasi yang mereka sebut sebagai
hasil “real count” partai tersebut, keesokan harinya saya melakukan pencarian dengan Google dan menemukan tabulasi tersebut di kaskus.co.id.
Ada daftar 33 propinsi di sana beserta perbandingan perolehan suara
antara Prabowo-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK. Dalam tabulasi itu,
Prabowo-Hatta Rajasa menang dengan meraih 52% suara. PKS menyatakan
bahwa itu adalah data yang mereka kumpulkan dari para relawan mereka di
seluruh TPS di Indonesia.
Mencermati angka-angka dalam tabel itu, samar-samar saya ingat bahwa
sepertinya saya sudah pernah mendapati tabel yang sama beberapa hari
sebelum pemilu. Pelacakan melalui Google mempertemukan saya dengan situs
Edisinews.com yang memuat berita berjudul Prabowo-Hatta Menang Pilpres
Versi Pendukungnya. Tertera tanggal 5 Juli 2014 di bawah judul berita,
yang dalam kelaziman jurnalistik berarti berita itu diunggah pada
tanggal tersebut, atau empat hari sebelum hari pencoblosan. Berita itu
menyertakan tabel dengan urutan dan perbandingan perolehan suara yang
sama persis dengan yang ada di tabel “real count” versi PKS tanggal 9
Juli 2014.
Fakta seperti ini membuat saya berkesimpulan bahwa PKS telah mendustai
publik. Di mata saya, PKS adalah partai politik yang makin lama makin
mengecewakan. PKS mengesankan diri sebagai partai yang jujur dan bersih,
tetapi perangai para elite partai tersebut dan kasus korupsi yang
melibatkan mereka adalah fakta yang membikin kita muak. Dengan perangai
seperti itu PKS hanya akan membuat orang berpikir bahwa partai Islam
pun, yang mengaku diri jujur dan bersih, tak lebih dari kendaraan
politik yang dijalankan dengan akhlak buruk. Partai ini selalu
menunjukkan hasrat berlebihan untuk selalu nebeng di gerbong kekuasaan
dan tak sungkan berdusta dan mereka tetap mengesankan diri sebagai
representasi Islam.
Demi mengabarkan yang sebenarnya tentang dusta "real count" PKS, saya menulis di Facebook, tanggal 11 Juli, seperti berikut:
Saya ingin mengulangi pernyataan saya: Sesungguhnya saya tidak suka pada semua partai politik, tetapi pada PKS saya benar-benar benci. Kenapa PKS selalu tampak menyebalkan, manipulatif, dan suka membikin masalah?
Untuk mendukung klaim kemenangan Prabowo-Uban, PKS mengeluarkan apa yang ia sebut "real count" berupa tabulasi yang memenangkan pasangan No 1 itu dengan perolehan 52%. Hasil "real count" ini diumumkan tanggal 9 Juli, untuk menangkis hasil quick count yang memenangkan Jokowi-JK.
Tabulasi yang sama, dengan rincian angka yang sama persis, sebenarnya sudah pernah dimunculkan tanggal 5 Juli, atau empat hari sebelum hari pencoblosan, dan dinyatakan oleh PKS sebagai prediksi. Dalam gambar ini sengaja saya jajarkan tabel prediksi dan tabel "real count". Memang tak bisa menampilkan daftarnya secara utuh, tetapi kau bisa menemukannya sendiri melalui google. Tanggal sengaja saya beri lingkaran merah.Jadi, PKS, maumu ini sebenarnya apa? Yang terang saja, tho.
Gambar di bawah ini saya sertakan dalam status tersebut.
Pada hari yang sama, siang pukul 14.35, harian Republika menurunkan
berita berdasarkan status tersebut di situs online-nya. Judul beritanya:
Real Count PKS Dipertanyakan.
Urusan manipulasi “real count” oleh PKS ini menjadi makin ramai dibicarakan di media sosial Facebook dan Twitter. Rupanya pengelola situs Edisinews.com ingin menghilangkan jejak dengan cara menghapuskan berita tanggal 5 Juli dari situsnya. “Buka saja cache-nya,” kata saya ketika seseorang menyampaikan bahwa ia tidak bisa lagi menemukan berita tersebut.
Satu hal lain yang dilupakan oleh pengelola Edisinews: mereka lupa
pernah membuat kicauan di twitter, tanggal 5 Juli 2914, seperti ini:
Reaksi Kalap PKS
Tahap berikutnya, orang-orang PKS mulai melancarkan serangan. Beberapa
teman memberi tahu saya bahwa situs kitapks.com (Kita PKS) menurunkan
tulisan berjudul Ini Dia Orang yang Memfitnah PKS Buat Real Count Rekayasa. (Jika tulisan itu dihapus juga, ingatlah bahwa Google menyediakan cache
yang bisa diakses.) Tulisan tersebut diakhiri dengan paragraf yang
tampaknya berhasrat memutar balikkan fakta dan melemparkan tuduhan
(mungkin ini strategi yang dipelajari PKS jika mereka dalam situasi tak
bisa apa-apa lagi). Saya kutipkan paragraf itu apa adanya: “Sepertinya,
As Laksana tahu siapa yang memposting data tersebut pada edisinews dan
mengapa tanggal publish edisinews berubah dari tanggal 10 juli ke 5
juli, termasuk mengapa screenshots tersebut ada di kaskus.co.id. Karena
As laksana yang pertama kali membedah hal tersebut dan mempostingnya di
laman maya.”
Paragraf itu ngawur, screenshot berita Edisinews tanggal 5 Juli itu saya buat sendiri setelah selesai membaca berita tersebut dan ia tidak pernah dimuat di Kaskus.co.id.
Sebagaimana saya sebutkan di atas, berita tersebut sudah dihapus dari
situs yang memuatnya, namun kita tetap bisa mengaksesnya dengan mengklik
Google’s cache.
Saat saya membuka cache tersebut, untuk kepentingan tulisan ini, di bagian atas halaman kita bisa membaca keterangan: “This
is Google's cache of
http://edisinews.com/m/berita-prabowohatta-menang-pilpres-versi-pendukungnya.html.
It is a snapshot of the page as it appeared on 6 Jul 2014 01:08:09 GMT.
The current page could have changed in the meantime.” (Ini adalah google’s cache
dari
http://edisinews.com/m/berita-prabowohatta-menang-pilpres-versi-pendukungnya.html.
Ia merupakan snapshot dari halaman tersebut pada tanggal 6 Juli 2014
pukul 01:08:09 GMT. Halaman itu bisa jadi sekarang telah diubah.)
Sebenarnya saya tidak tahu siapa pengelola Edisinews.com, namun
berkat paragraf penutup yang ngawur itu saya justru terdorong ingin tahu
siapa sebenarnya rpemilik situs tersebut. Maka saya cari di situs
“whois” dan ketemulah nama pemilik domain Edisinews.com itu,
yakni Mahmud F. Rakasima. Saya kenal orang ini. Ia teman saya di Tabloid
DeTIK dan sudah lama sekali kami tidak saling bertemu dan sekarang ia
menjadi wakil sekjen Gerindra. Sebelum di Gerindra Mahmud pernah di
Litbang PPP. Di samping melompat-lompat dari partai satu ke partai lain,
Mahmud Rakasima juga bekerja di BNP2TKI sebagai Kepala Bidang Media dan
Komunikasi Publik. Ia punya akun di Kompasiana dengan status “account
suspended”
Bersama Syahganda ia pernah menerbitkan tabloid Daulat Rakyat.
Syahganda adalah salah satu pendiri akun @triomacan2000, yang namanya
sering berganti-ganti. Nama-nama lain di belakang akun twitter itu
adalah Raden Nuh dan Abdullah Rasyid.
Dalam kampanye pilpres saat ini, Mahmud, Syahganda, Raden Nuh, Abdullah
Rasyid bekerja untuk Prabowo dan rajin menggencarkan kampanye hitam
untuk menyerang Jokowi. Satu nama lainnya adalah Muchlis Hasyim Jahja,
mantan wartawan Media Indonesia, yang disebut-sebut mendanai tabloid Obor Rakyat dan menjalankan bisnis media yang didanai oleh Muhammad Riza Chalid. Tentang Muchlis Hasyim, Obor Rakyat, dan Riza Chalid, harian Media Indonesia pernah membuat laporan menarik berjudul Pengusaha Minyak di Balik Obor Rakyat.
Itulah sedikit catatan tentang “real count” manipulatif yang
diumumkan oleh PKS dan ikhtiar kalap mereka dalam membenarkan dusta yang
mereka lakukan. Dan demi mempertahankan dusta itu orang-orang partai
yang mencitrakan dirinya Islami itu tanpa sungkan menuding orang lain
sebagai penyebar fitnah, meskipun mereka tahu betul seperti apa yang
sebenarnya. Sejujurnya, saya benci PKS karena partai ini menyebabkan
orang berpikir bahwa politisi Islam adalah orang-orang yang suka
berdusta, suka nebeng kekuasaan, dan tak bisa dipercaya.
Catatan tambahan: Jika PKS Pyongyang mau menggunakan tulisan ini sebagai
bahan berita, saya mempersilakannya dengan senang hati. [*]
Ini reaksi dari kubu Prabowo-Hatta melalui akun Ratu Adi http://chirpstory.com/li/218421
oleh: A. S. Laksana
0 komentar:
Post a Comment