Keterkaitan antara Militer, Mafia Perminyakan, dan Akun-akun Penyebar Kebohongan
MILITER
Sejak
awal Jenderal Besar (Purn.) Soeharto menjabat, Pertamina sangat erat
dengan militer. Pasti, orang tua Anda mengetahui siapa Direktur Utama
Pertamina tahun 1968-1976. Iya, benar. Letnan Jenderal Ibnu Sutowo yang
tinggal persis di samping Jalan Cendana, Menteng.
Ia
mulai aktif di dunia perminyakan sejak tahun 1956, resmi menjadi
Direktur Utama Pertamina sejak tahun 1968, dan sudah memiliki simpanan
pribadi sekurang-kurangnya 226,2 juta USD pada tahun 1970. Tahun 1976,
beliau diberhentikan dari jabatannya karena marak diberitakan soal
korupsi dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini membuat Pertamina
berutang sebesar US$10,5 Miliar atau 30% total output (PDB) Indonesia
saat itu. Luar biasa bukan?
Sayangnya, hingga detik ini ia tidak pernah diadili, keluarganya tetap tinggal di samping Keluarga Cendana dan masih saja kerap membuat ulah, seperti menipu Ali Sadikin.
*Selingan:
Sejak tahun 1970, Ibnu Sutowo sering berpergian ke New York dengan jet
pribadi Rolls Royce Silver Cloud miliknya dan sering menyuruh Bob
Tutupoly datang ke New York hanya untuk membawa rendang dan menyanyi di
restoran termahal di New York yang di-booking secara penuh oleh Ibnu Sutowo.
*Selingan: Gaya hidup mewah Ibnu Sutowo dan keluarga yang lain dapat dilihat di internet. Contohnya di
http://www.merdeka.com/peristiwa/gay...-keluarga.html
http://www.merdeka.com/peristiwa/gay...-keluarga.html
*Selingan:
Anak Ibnu Sutowo, Adiguna Sutowo, mendirikan PT Mugi Rekso Abadi (MRA)
pada tahun 1993. MRA memiliki 35 anak perusahaan, antara lain: Hard Rock
Cafe, Zoom Bar & Lounge, BC Bar, Cafe 21, Radio Hard Rock FM
(Jakarta, Bandung, Bali), i-Radio, majalah Cosmopolitan, majalah FHM,
Four Seasons Hotel dan Four Seasons Apartement di Bali, dealership
Ferrari dan Maserati, Mercedes Benz, Harley Davidson, Ducati, dan
Bulgari.
*Selingan: Adiguna Sutowo dan istri gitaris Piyu "Padi" terlibat dalam penabrakan pagar rumah istri kedua Adiguna Sutowo.
*Selingan: Putra bungsu dari Adiguna Sutowo, Maulana Indraguna Sutowo, menikah dengan Dian Sastrowardoyo pada Mei 2010.
Titel
Direktur Utama Pertamina boleh saja tidak lagi dipegang Ibnu Sutowo,
namun kekuasaan militer pada sektor perminyakan tetap mendominasi hingga
hari ini. (Direktur Utama Pertamina selanjutnya adalah Mayor Jenderal
Piet Haryono, Mayor Jenderal Joedo Soembono, dan Mayor Jenderal Abdul
Rachman Ramly) Maka, bukan suatu pemandangan yang langka di Indonesia,
di samping kantor-kantor Pertamina terdapat markas-markas militer.
*Selingan: Usai reformasi 1998, KKN antara perminyakan dan militer tidak dapat dilenyapkan dan malah membantu militer berjaya kembali. Hal ini terwujud dengan penggunakan BIN dan TNI untuk memenangkan Partai Demokrat di pemilu 2004, usai Jend. (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono menjabat sebagai Menteri ESDM di tahun 1999-2000.
*Selingan: Hal di atas termasuk dalam lima pertanyaan yang diajukan Megawati sejak tahun 2006 yang hingga kini belum dijawab oleh SBY.
Untuk
mengetahui seberapa seksinya perminyakan Indonesia, silakan cermati
perhitungan KPK atas pemasukan potensial negara dari sektor perminyakan
bila seluruh aktivitas mematuhi hukum dan tidak ada gratifikasi dan
korupsi. Hasilnya adalah 20.000 Triliun per tahun atau 220% dari jumlah
keseluruhan output (PDB) Indonesia per tahun 2013.
*Fakta: Karena perminyakan sangat-sangat menarik, tak heran kalau fokus KPK saat ini adalah membersihkan Kementerian ESDM dari koruptor-koruptor.
Contohnya adalah memvonis mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini
(Alumni Perminyakan ITB), dengan hukuman 7 tahun penjara; menetapkan
mantan Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Waryono Karno, sebagai
tersangka; mencegah staf Menteri ESDM, I Gusti Putu Ade Pranjaya, untuk
ke luar negeri, dan makin sering memanggil Menteri ESDM dan Sekretaris
Majelis Tinggi Partai Demokrat, Jero Wacik.
MAFIA PERMINYAKAN
Karena semua kalangan berpendidikan telah mengetahui mengenai Gasoline Godfather: Muhammad Riza Chalid (MRC) di Petral (Pertamina Energy Trading Limited), Hutomo Mandala Putra (Humpuss Intermoda Transportasi), Bambang Trihatmodjo (Bimantara Grup) (ipar-ipar salah satu capres), dan Hatta Rajasa, saya rasa tak perlu menguraikannya.
*Sedikit generous clue for non engineering or economics graduates:
1.
Majalah Intelijen edisi 5-18 November 2009 mengulas mengenai perusahaan
induk Riza Chalid, Petral dan Global Energy Resources, dan anak-anak
perusahaannya Supreme Energy, Orion Oil, Paramount Petro, Straits Oil,
dan Cosmic Petroleum di British Virgin Island dan kongsi bisnisnya yang
bersifat tidak transparan dengan Pertamina.
2. Dr. Theodorus M. Tuanakotta, S.E., M.B.A. (CEO Deloitte salah satu Big4 Kantor Akuntan Publik di dunia, MBA dari Harvard Business School, Tenaga Ahli BPK dan KPK, penulis buku "Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif" yang sangat populer, penerima Satyalancana Wira Karya, dan anggota staf pengajar dan peneliti di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia)
menuturkan bahwa Hatta Rajasa memiliki influence amat sangat besar di
Indonesia karena ia terlibat dengan Muhammad Rizal Chalid "Gasoline
Godfather" Pertamina Energy Trading Limited (Petral) di Singapura.
Menurut Pak Theodorus, Rizal Chalid menghasilkan 3,153 juta USD per hari
setara 37,839 miliar rupiah per hari (Kalkulasi: Impor
850rb barrel/hari x 80% Petral x 41,67% Riza Chalid x 159 liter/barrel x
0,07 mark-up/liter x Rp12.000/USD), sementara keluarga Ani Yudhoyono mendapat 7,872 miliar rupiah per hari atau 0,5 USD per barrel dari minyak mentah dan minyak olahan baik yang diimpor maupun yang diekspor. (Hal senada juga dipublikasikan oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan pada Kabinet Persatuan Nasional, Dr. Rizal Ramli, Ph.D.; Guru Besar Manajemen UI, Prof. Rhenald Kasali, S.E., Ph.D.; peneliti senior Indonesian Resources Studies, Ir. Samsul Hilal, M.S.E.; dan Direktur Eksekutif Indonesia Mining and Energy Studies, Erwin Usman.)
Foto:
Muhammad Riza Chalid "Gasoline Godfather" dan Wakil Ketua Tim
Pemenangan Prabowo-Hatta, Letjen TNI (Purn) Burhanuddin di Rumah
Polonia.
Sekilas tentang Data/Statistik Perminyakan Indonesia
*Fakta:
Negara superpower Amerika Serikat yang terunggul dalam penyadapan pun
kewalahan dengan inkonsistensi data statistik perminyakan di negara
kita. Hal ini dinyatakan secara gamblang oleh US dalam pembukaan laporan
2005-2006 dan pembukaan laporan 2007-2008.
*Fakta: Dari tahun 2004 hingga tahun 2012, terdapat inkonsistensi data produksi minyak antara di SKK Migas dan di Kementerian ESDM.
*Fakta: Dari tahun 2002 hingga tahun 2012, trend jumlah lifting (produksi) minyak kita terus menurun namun trend cost recovery kita terus menanjak.
*Fakta:
Dari tahun 2007 hingga tahun 2012, secara kasar terdapat selisih 654
triliun rupiah antara penerimaan negara bukan pajak (PNPB) dari migas di
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Audited) dan PNPB dari migas yang dihitung sesuai Laporan Tahunan SKK Migas.
*Fakta: Mahfud MD pernah menyebut Pertamina sebagai “sarang koruptor”.
Utama: Permainan antara Muhammad Riza Chalid “Gasoline Godfather” di Petral dan Hatta Rajasa
*Fakta:
Tren Pendidikan S1 Direktur Utama Pertamina akhir-akhir ini adalah
Alumni Teknik ITB dan Hatta Rajasa berasal dari S1 Teknik Perminyakan
ITB. (Martiono Hadianto, Baihaki Hakim, Ariffi Nawawi, dan Karen
Agustiawan adalah Alumni Teknik ITB)
*Fakta: Melihat sejarah Hatta Rajasa, ia dikenal sebagai salah satu pengusaha yang sejak tahun 1980 bergabung dengan Medco Energy milik Arifin Panigoro (Alumni ITB) di Singapura dan di Indonesia.
*Fakta: Pada 11 Februari 2014,
Wakil Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), M.
Fanshurullah Asa, kembali menegaskan fakta bahwa Indonesia mengimpor BBM
dari Singapura, negara yang tidak ada eksplorasi (pencarian) dan
eksploitasi (produksi) minyak.
*Fakta: Walaupun Singapura tidak memiliki sumur minyak, kapasitas penyulingan minyak (refinery) di Singapura adalah 1,4 juta barrel/hari, sedangkan kapasitas di Indonesia hanya 1,1 juta barrel/hari.
*Fakta: Ketua Umum MUI dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin, M.A. ; Menteri
Koordinator Ekonomi (1999 - 2000) dan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional & Ketua Bappenas (2001 - 2004), Kwik Kian Gie; dan Rektor IBII, Anthony Budiawan mengatakan ada Indoktrinasi & Brainwashing dalam pembelian BBM yang menggunakan harga NYMEX.
*Fakta:
Silakan melihat laporan keuangan Pertamina bagian Opini Auditor
Independen PricewaterhouseCoopers, Petral di Singapura yang notabene
berperan sangat penting bagi kita, negara raksasa pengimpor minyak,
malahan tidak diaudit oleh PwC sendiri dengan
alasan aset lancar (kas, piutang, dsb) dan aset tetap (bangunan,
dsb)-nya kecil. Padahal dengan diauditnya Petral oleh PwC sendiri,
mungkin dapat mengungkap kecurigaan harga beli BBM yang sesungguhnya
yang selama ini memberatkan pos belanja negara (subsidi).
*Fakta: Laporan Utama di
Majalah GEO ENERGI Indonesia edisi Januari 2014: "Ambisi Pertamina buat
(Si)apa?" yang ditulis oleh Sri Widodo Soetardjowijono, Ishak Pardosi,
Amanda Puspita Sari, Faisal Ramadhan, dan Indra Maliara menguraikan
bagaimana Hatta Rajasa sukses mengantarkan sekitar 60 persen anggota
kabinet ke dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Usut punya usut, orang-orang
ini ternyata berasal dari rekomendasi Riza Chalid dan bertujuan untuk
mengamankan bisnis minyaknya.
*Fakta: Nama Riza Chalid makin ramai disebut-sebut sejak pemberitaan bahwa Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan hendak
membubarkan Petral karena disinyalir jadi sarang korupsi. Namun, belum
tuntas rencana Dahlan Iskan membubarkan Petral, ia keburu dipanggil dan
ditegur keras oleh Presiden Jenderal (Purn.) Susilo Bambang Yudhoyono
dan Hatta Rajasa di depan Karen Agustiawan (Alumni ITB). Isu pembubaran
Petral pun kembali menguap.
*Selingan:
Walaupun diberi jabatan Menteri Koodinator Bidang Perekonomian, Hatta
Rajasa dianggap sangat tidak mengerti ekonomi dan sering menjadi bahan
tertawaan oleh Chatib Basri, Faisal Basri, Darmin Nasution, Fauziah Zen,
Mawar I. R. Napitupulu, dan dosen-dosen lainnya saat mengajar di FEUI.
Satu dari sekian banyak contoh yang mudah adalah ucapan Hatta Rajasa
pada tahun 2010 yang menargetkan PDB Nominal mencapai
angka Rp 10.000 Triliun per tahun 2014. Pak Chatib Basri (sebelum
terpilih jadi menteri) mengatakan "Menko Ekuin kalian sekarang tol*l
banget tuh.. Masa' menggunakan PDB Nominal sebagai target.. Kalau saya
jadi dia sih, gampang saja, saya naikan saja inflasi dua kali lipat."
Hal ini sontak disambut tawa menggelegar satu kelas besar. Bagaimana
mungkin seorang menko ekuin tidak mengetahui perbedaan antara PDB
Nominal dan PDB Riil (yang sudah di-adjust dengan inflasi/kenaikan harga); sesuatu yang telah diajarkan di Pengantar Ekonomi 1.
*Kabar
belum terkonfirmasi: Simson Panjaitan yang berlatar belakang hukum dan
minim pengalaman ditempatkan menjadi kepala keuangan (Head of Finance)
di Petral.
*Kabar
belum terkonfirmasi: Wijasih Cahyasari “Wiwiek”, kakak Ani Yudhoyono,
pernah menerima 400 ribu USD dari Riza Chalid sebagai ganti Riza Chalid
membatalkan pertemuan Wiwiek dan Dirut Petral Nawazier.
*Kabar belum terkonfirmasi: Kakak dari Rini Mariani Soemarno Soewandi
(Menperin tahun 2001-2004), Arie Soemarno, diberhentikan usai menjabat
sebagai Direktur Utama Pertamina 2006-2009 karena berhasil membentuk integrated supply chain
untuk pembelian tender impor yang fair, ingin memindahkan Petral dari
Singapura ke Batam, dan dikhawatirkan dekat dengan Megawati seperti
adiknya Rini.
Utama: Permainan oleh Keluarga Ani Yudhoyono dan Partai Demokrat
*Fakta: Hatta Rajasa dan Marzuki Alie lahir di Palembang.
*Fakta: Usai Purnomo Yusgiantoro (Golkar, Alumni ITB) menjabat sebagai Menteri ESDM selama 9 tahun, ia langsung digantikan Darwin Zahedy Saleh (pendiri dan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat) dan Jero Wacik (Sekretaris Jenderal Partai Demokrat).
*Fakta: Pernikahan Siti Ruby Aliya Rajasa dan Edhie Baskoro Yudhoyono diyakini
hampir seluruh elemen masyarakat Indonesia berfungsi untuk mempertebal
cengkraman dinasti Hatta Rajasa dan Ani Yudhoyono di Indonesia.
*Fakta: Menurut buku "Cikeas Kian Menggurita" yang ditulis George Junus Aditjondro dan diterbitkan Galang Press,
keluarga Ani Yudhoyono terlibat dalam sindikat mafia perminyakan guna
menambah kekayaan dan kekuasaan. Untuk memastikan ini, silakan Anda
mencari tahu alasan di balik grasi Schapelle Leigh Corby (Warga Negara Australia), usai santer diberitakan penyadapan Australia memperoleh bukti-bukti bahwa keluarga besar Ani Yudhoyono, khususnya Erwin Sudjono (kakak ipar Ani Yudhoyono), sangat aktif dalam mafia perminyakan.
Foto: Erwin Sudjono, mantan Pangkostrad (kakak ipar Ani Yudhoyono, suami Wiwiek)
Foto: Gatot Mudiantoro Suwondo, CEO Bank BNI (adik ipar Ani Yudhoyono)
Utama: Penistaan Rasa Keadilan oleh Keluarga Jend. Besar (Purn.) Soeharto dan Keluarga Ani Yudhoyono kepada Masyarakat Indonesia
*Fakta:
Selain kasus Ibnu Sutowo dan Rudi Rubiandini, sangat banyak sekali
kasus di Kementerian ESDM yang merobek-robek rasa keadilan masyarakat
Indonesia. Sedikit dari sekian banyak kasus yang dibiarkan pemerintah
Orba dan “Orba bungkus baru” adalah Production Sharing Contract sejak UU
No. 8 Tahun 1971 berlaku, Depo Balaraja sejak tahun 1996, Mark-Up di
Kilangan Balongan sejak tahun 1998, Petral dan Credit Suisse Singapura
di tahun 2002, penjualan VLCC di bawah harga pasar oleh Laksamana
Sukardi (Alumni ITB, teman Arifin Panigoro “Medco Energy”) di bulan Juni
tahun 2004, perjanjian sewa tanker Humpuss Intermoda (perusahaan Tommy
Soeharto) untuk tahun 1990-2009 dan 2009-2014, impor minyak Zatapi di
tahun 2008, dan kelebihan Cost Recovery kepada Chevron di tahun 2012.
AKUN-AKUN PENYEBAR KEBOHONGAN DAN PEMBENTUK OPINI
1. FPI dibentuk oleh pensiunan militer sebagai attack dog yang memisahkan militer dan polisi dari tuduhan pelanggaran HAM. (Lihat dokumen-dokumen Wikileaks) Di samping itu, ingat saat tahun 1998, selain militer, ada unsur lain yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa dengan senjata-senjata yang tak lazim dengan pakaian-pakaian menyerupai santri-santri.
2. Triomacan2000 (Syahganda Nainggolan [dulu Staf Ahli Menko Ekuin Hatta Rajasa, sekarang Direktur Penggalangan Relawan Tim Sukses Prabowo-Hatta Rajasa], Abdul Rasyid [Staf Ahli Menko Ekuin Hatta Rajasa], dan Raden Nuh) selalu melindungi dan memuja setinggi langit Hatta Rajasa, besan Ani Yudhoyono.
Apakah Anda sekeluarga, kemudian, tahan melihat dan mendengar keluarga Soeharto dan keluarga Ani Yudhoyono pura-pura peduli dan prihatin; menginginkan mereka makin menggurita; dan kembali was-was akan Hak Asasi Manusia Anda sekeluarga?
JAWABAN ATAS DOA KITA
"Setahun pertama kita selesaikan mafia perminyakan." tegas Jusuf Kalla pada Dialog KADIN, 20 Juni 2014.
TESTIMONI
"Jokowi memang bagus menjadi Presiden. Saya doakan semoga terkabul keinginannya." ~Ridwan Kamil
"Tidak
banyak yang tahu kan kalau sebenarnya Jokowi itu lebih tegas dan keras
daripada saya. Dia kelihatan lembut di luar karena orang Jawa. Saya
kalau lagi diskusi sama dia tegas banget." ~Basuki Tjahaja Purnama#Tegas
"Biar seluruh rakyat Indonesia sejahtera dan kesenjangan ekonomi tidak makin melebar, kita harus memberhentikan dinasti-dinasti penguasa “Orba bungkus baru” dan memberantas mafia perminyakan." ~seorang sahabat
BONUS SELINGAN
Untuk para pencinta selingan setanah air, mau dikasih selingan lagi?
Pertama,
tegakkan badan. Kedua, tarik napas secara mendalam. Ketiga,
senyum…..Iya, senyum. Seriusan. Karena ketenangan dan senyuman akan
menaikkan testosterone dan menurunkan cortisol yang baik untuk kesehatan dan kehidupan.
Oke kita balik lagi ke selingan ekonomi level SMP ya.
Anda masih ingat polemik PP Mobil Murah yang ditandatangani SBY pada 23 Mei 2013?
Saat itu, Indonesia telah mulai merasakan twin deficit (defisit
di APBN & defisit di neraca perdagangan, sehingga nilai tukar
Rupiah ke USD sangat lemah dan rentan) dan pembenahan kemacetan Jakarta
dan sekitarnya masih mengalami banyak sekali resistensi.
Ibarat
azab kemurkaan Allah yang tidak ada hentinya, pelaku pasar dibuat makin
gemetar dengan kabar bahwa besan Hatta Rajasa menandatangani PP Mobil
Murah, sesuatu policy yang memicu meledaknya jumlah penjualan mobil,
konsumsi BBM, dan impor bahan baku otomotif yang membuat nilai tukar
makin runyam mencekam. Dalih yang digunakan besan Hatta Rajasa, Hatta
Rajasa, dan kader Golkar, MS Hidayat saat itu tak lain dan tak bukan
adalah mobil murah adalah angkutan untuk pedesaan yang akan menggunakan Pertamax, dan, karena pemanasan global adalah isu yang paling urjen menurut mereka, mobil murah layak mendapat penghapusan PPn-BM.
Nyatanya,
statistik/fakta lebih berjaya daripada pidato yang berkontradiksi
dengan perbuatan. Lantas, Pak Chatib Basri selaku Menteri Keuangan secara emosional menagih janji Menperin MS Hidayat. Namun, penagihan janji itu dijawab sendiri oleh besan Hatta Rajasa secara tidak langsung dengan tindakan penunjukkan Muhammad Lutfi, Duta Besar Indonesia di Jepang, sebagai Menteri Perdagangan.
Keambrukan
pengurusan ekonomi negara dan ketamakan kebijakan pro-kendaraan pribadi
ternyata tak berhenti sampai di situ. Joko Widodo yang merasa
membanjirnya mobil murah membuat penguraian kemacetan makin berat
malahan ditolak dalam pengajuan penghapusan bea impor untuk bus dan
pemasangan pembatas jalan TransJakarta yang tangguh di jalan
Sudirman-Thamrin dan Gatot Subroto-Tomang dan diganjal dalam penerbitan
PP Electronic Road Pricing.
*Selingan:
Berbagai direktur institusi internasional seperti Asian Development
Bank dan World Bank; berbagai Chief Economist bank-bank terbesar di
dunia seperti Citibank dan HSBC; dan berbagai Chief Economist di
bank-bank terbesar di regional seperti BII Maybank yang diundang ke FEUI
pada acara Economix menuturkan bahwa kebijakan Mobil Murah merupakan a misguided policy,
usai mereka memastikan tidak ada wartawan/jurnalis yang hadir. Lebih
jauh, mereka mengatakan sebaiknya masyarakat awam melakukan pengukuran
dampak policy pemerintahan negara-negara maju yang pro-transportasi publik dan dampak policy pemerintah Indonesia yang pro-kendaraan pribadi.
LAMPIRAN 1: PROYEKSI REALISTIS
Kubu Pencipta Perdamaian dan Terobosan dengan Dialog yang Memanusiakan Manusia
Ketua
Umum MUI dan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Din Syamsuddin,
M.A., Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, M.A., Ketua Dewan Guru Besar
FEUI Prof. Prijono Tjiptoherijanto, Ph.D, Anies Baswedan, Dahlan Iskan,
Faisal Basri (Pendiri PAN, ekonom), Goenawan Mohamad (Pendiri PAN,
Jurnalis), Abdillah Toha (Pendiri PAN, Komisaris Penerbit Mizan), Nono
A. Makarim (Komite Etik KPK), Wimar Witoelar (Kolumnis), Lin Chi Wei
(Kata Data), Arsendo Atmowiloto (Wartawan), Todung Mulya Lubis, Yoris
Sebastian, René Suhardono, Ayu Utami, Joko Anwar, Slamet Rahardjo
Djarot, Mira Lesmana, Olga Lidya, Butet Kartaredjasa, Ong Harry Wahyu,
Rayya Makarim, Indra Jaya Piliang, Charles Bonar Sirait, Wanda Hamida, Metta Dharmasaputra (Penulis "Saksi Kunci"), Riri
Riza, Leila S. Chudori, Iksaka Banu, Kurnia Effendi, Marco Kusumawijaya
(Arsitek), Samuel Indratma (Community Visual Artist), Rudi Valinka (Auditor Forensik), Fadjroel Rachman, dan Adian Napitupulu.
Slank,
Erwin Gutawa, Addie MS, KLA Project, /rif, Giring Ganesha "Nidji",
Kikan Namara ‘Cokelat’, Yuni Shara, Krisdayanti, Barry Likumahuwa, Trio
Lestari (Glenn Fredly, Tompi, Sandhy Sondoro), Andre Hehanusa, Superman
is Dead, JFlow, Soul ID, Bams, Ian Antono, Once, Oppie Andaresta, Titi
"Film Jalanan", Kadri Jimmo, Yukie PasBand, Jalu Pratidina, Nia Dinata,
Robi Navicula, Jhody Bejo, Kartika Jahja, Joe Saint Loco, Marsha
Timothy, Vino G Bastian, Gita Gutawa, Indra
Birowo, Cak Lontong, Otong Koil, Richard Sambera, Gading Marten, Ello,
Michael IDOL, Dochi Pee Wee Gaskins, Pop the Disco , ARockGuns, Josaphat
Killing Me Inside, Widi ‘Vierratale’, Delon IDOL, Ivan Nestorman,
Yacko, Kill The DJ, Billy BeatBox, Tabib Qiu, Stereocase, Che Cupumanik,
Lala Timothy, Kristina, Melly Manuhutu, Ho Katarsis, Sawarna Warna
Sunandar, Sruti Respati, Roy Jeconiah, Ajul & Rekan, Edward Suhadi,
Ernest Prakasa, dan Pandji Pragiwaksono.
Kubu Menantu Soeharto "Sang Pembunuh Massal" dan Besan Ani Yudhoyono "Sang Mafia Perminyakan"