Universitas Trisakti: 4 Masiswa kami adalah pahlawan

Universitas Trisakti menilai kematian 4 mahasiswanya dalam meraih reformasi pada 12 Mei 1998 lalu, yang dikenal dengan tragedi Trisakti, adalah bertujuan untuk Indonesia yang lebih baik.
Karenanya mereka dianggap sebagai pahlawan bangsa, karena sudah terbukti rela mengorbankan jiwa raganya.
Hal itu dikatakan Rektor Universitas Trisakti, Thoby Mutis dalam Upacara Peringatan 16 tahun Tragedi 12 Mei di pelataran Universitas Trisakti, Grogol. Senin (12/5/2014) melalui pers rilis yang diterima Warta Kota, Senin sore.
Dalam upacara yang diikuti oleh seluruh Civitas Akademika Usakti dan Keluarga Korban Tragedi 12 Mei tersebut, Thobi menyebutkan bahwa para korban penembakan tragedi 12 mei tersebut merupakan pahlawan, yang telah berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
"Mereka adah pahlawan, dan hari ini kita berkumpul disini karena satu tekad, untuk meneruskan cita-cita dan harapan dari pahlawan-pahlawan reformasi yang telah gugur pada 16 tahun silam," kata Thoby.
Seperti diketahui dalam penembakan oleh aparat keamanan di tahun 1998 itu, 4 mahasiswa Trisakti gugur.
Mereka adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Arsitektur 1996), Heri Hertanto (Fakultas Teknik Industri 1995), Hafidin Royan (Fakultas Teknik Sipil 1995) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi 1996).
Setelah 16 tahun berlalu, hal itu antas hanya menjadi peristiwa yang berlalu begitu saja, setiap tahunnya, Karenanya kata Thoby, Universitas Trisakti selalu rutin mengadakan peringatan peristiwa tragedi 12 Mei 1998 tersebut. 
"Ini menjadi momentum untuk mengingatkan kita, bahwa masih banyak persoalan yang berkaitan dengan hak asasi manusia yang belum diselesaikan," katanya.
Advendi Simangunsong, salah satu aktivis dan saksi hidup dalam tragedi 12 mei itu, mengungkapkan bahwa peringatan ini bertepatan dengan persiapan indonesia menuju pergantian pemerintahan atau Pilpres.
"Peringatan 12 mei ini, kita ikrarkan sebagai gerakan reformasi indonesia, serta menjadi pesan kepada para kandidat Presiden indonesia. Diharapkan pesan moral ini bisa di dengar kepada para calon pemimpin bangsa ini, bahwa cita-cita reformasi indonesia belum terwujud secara konkrit oleh pemerintahan. ini perlu kita garis bawahi bersama," paparnya.
Ia pun menambahkan bahwa pesan utama dari acara ini adalah bahwa reformasi bertujuan untuk mewujudkan Indonesia yang bersih dan pemerintahan yang transparan. "Jangan sampai pengorbanan para suhada menjadi sia-sia," katanya.
Artis penyanyi Opie Andaresta yang juga hadir dalam upacara tersebut dan sempat menyanyikan lagu gugur bunga, mengungkapkan bahwa dirinya sebagai seorang ibu bisa merasakan perasaan kehilangan yang dialami oleh keluarga korban.
"Saya harapkan semangat reformasi tidak berhenti, tidak dilupakan dan tetap menyala, semoga Universitas Trisakti bisa menjadi tanduk reformasi, ini mewakili harapan orang tua yang kehilangan anaknya," katanya.
Ibunda Hendriawan Sie, salah satu mahasiswa yang gugur yakni Karsiah mengungkapkan rasa bersyukurnya atas perhatian yang diberikan oleh Universitas Trisakti.
"Saya sudah tidak punya anak, Pemerintah pun tidak menjamin kehidupan kami, namun demikian, hingga kini kebutuhan keluarga saya telah dibantu oleh Universitas Trisakti dan Pak Thoby," katanya.
Ia berharap agar kejelasan mengenai kasus tragedi 12 mei tersebut dapat terungkap.
Ketua Presma Universitas Trisakti, Prasetio, mengatakan bahwa selama ini teman teman mahasiswa terus berusaha agar kasus ini dapat dituntaskan.
"16 tahun bukan waktu yang sebentar, namun pemerintah masih seolah tak perduli, pada kejadian reformasi, atas kejadian senio-senior kita yang gugur di rumah sendiri. kami berharap ada kesadaran dari calon pimpinan nanti, bahwa hal ini harus menjadi perhatian, baik kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan, maupun menetapkan tanggal 12 mei sebagai hari reformasi," katanya./tribunnews.com

0 komentar:

Post a Comment